Senin, 10 November 2008

"9" Code, Angka Fenomenal Religius

BAB IV : KODE “9” DI BALIK RUMAH
Kode “9” Di Balik Kediaman

Sewaktu saya dan suami berada di kompleks perumahan di Medan yang terlihat
pas dengan keinginan hati, tercetuslah kata hati itu kepada suami. Bahwa saya
ingin tinggal di kediaman dengan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan anakanak
seperti yang tampak di sana. Pada tahun 1994, sewaktu pencarian rumah di
kantor pemasaran, semua rumah yang sedang dipasarkan ketika itu sudah terjual
dan hanya tinggal satu-satunya rumah yang belum terjual – seakan tidak terjual
sampai menunggu saya yang membeli. Saya membeli rumah yang akan dibangun
berdasarkan ukuran tanah dan nomor rumah yang sudah dipatok developer. Orang
marketing mengatakan selain letaknya strategis, nanti di seberang rumah ini akan
dibangun sekolah Al-Azhar, yang belakangan terbukti menyimpan kode “9”,
sebagaimana dikemukakan dalam Bab II: dengan tajuk Kode “9” Di Balik Suami &
Anak.
Setelah tersingkap tabir kode “9” pada tahun 2002 itu, saya merasa memang
rumah ini dipersiapkan Allah untuk saya. Betapa muatan kode “9” mengelilingi
rumah kami yang bernomor “9”.
Rumah kami sebesar kami mampu merawatnya dengan luas, panjang dan
lebar tidak keluar dari muatan “9”, yaitu :
• Luas tanah = 162 m2 (“9”)
• Panjang tanah = 18 m (“9”)
• Lebar tanah = “9” m.
Ketika sedang menulis buku ini bulan April 2005, saya tergerak memeriksa
surat-surat rumah jangan-jangan berbobot “9”. Sambil memeriksa dengan penuh
tanya saya hitung secara kuantitatif dan kumulatif, ternyata semua dokumen pun
menyembunyikan unsur “9”, sebagaimana berikut ini :
• Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Nomor 2962/503/R-E/DPUK (“9”).
• IMB tertanggal 26 – 05 – 1994 (“9”).
46
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
• Pembukuan Badan Pertanahan Nasional tertanggal 29 – 11 – 1994
(“9”).
• Penerbitan Sertifikat tertanggal 01 – 12 – 1994 (“9”).
• Surat Pesanan Rumah bulan Februari 1994, tanggal 27 (“9”).
Kode “9” di balik makna rumah kami barulah tertangkap belakangan. Ternyata
adalah cara Allah mengabari saya bahwa didengarNya hati saya dan digenapinya
keinginan hati saya saat di kompleks perumahan di Medan itu.
Kode “9” Di Balik Tetangga
Gambaran ditanamkan ke hati melalui pesan mimpi ketika tidur, bahwa ibu
kandung yang sudah tua meninggalkan kami anak-anaknya pada saat kami semua
sedang sibuk dengan kehidupan masing-masing. Ibu awalnya bermukim di rumah
kediaman berlokasi di Otista Jakarta Timur yang rawan banjir. Bagaimana
mengatasi hal tersebut demi keamanan ibu, ada baiknya ibu pindah rumah dekat
rumah anaknya agar ada yang memperhatikan. Tapi ibu bersedia pindah rumah
hanya kalau bersebelahan dengan rumah anaknya saja.
Dalam hati berharap alangkah indahnya kalau ibu bisa tinggal di sebelah rumah
saya, nomor 10. Dengan berjalannya waktu pemilik rumah sebelah, Ibu Sigit berniat
pindah dan menjual rumahnya, tapi keuangan saya saat itu belum siap sehingga
rumah terlanjur dibeli Ibu Nurhayati. Dengan berjalannya waktu pula kemudian Ibu
Nurhayati berniat menyewakan atau menjual rumahnya. Ketika itu, waktu yang
disediakan untuk keputusan pembelian rumah tersebut ditetapkan ibu Nurhayati
hanya satu hari itu saja sehingga tidak punya pilihan hari lain disebabkan keesokan
harinya orang Korea sudah siap untuk menyewa, yaitu tanggal “9”.
Singkat cerita rumah sebelah nomor 10 dibeli adik kandung saya Denny J.A.
untuk ibu dengan harga di atas pasaran karena punya nilai “bersebelahan” dengan
anak. Keputusan positif pembelian rumah dan transaksi uang tanda jadi dilakukan
pada hari yang ditetapkan Ibu Nurhayati yaitu Senin di saat jemaah haji sedang
puasa arafah di bulan haji sebelum lebaran kurban 1426 H, dimana jumlah tanggal,
bulan dan tahunnya klik kode “9”, yaitu tanggal 09 – 01 – 2006 (“9”).
Angka “9” saya singgung dalam pertemuan transaksi ini agar semua bisa jadi
saksi, dan ternyata pemilik rumah Ibu Nurhayati juga berasal dari keluarga yang
mempunyai saudara kandung “9”.
Ia adalah anak bungsu yang berarti merupakan anak ke “9”.
Kode “9” mengisyaratkan bahwa dengan kehendak Allah, Dia sudah
menentukan keinginan tersebut sebelum keinginan itu datang atau sebelum lidah
memanjatkan doa terhadap keinginan tersebut. Perkataan ini terbukti saya alami
dalam kisah di bawah ini :
47
Kode “9” Di Balik Rumah
Saya terbiasa mencatat dan menganalisa mimpi-mimpi yang dikirim Allah pada
saat tidur sejak tahun 1996. Pada bulan Mei 2006 saat sedang mencari satu
informasi di buku catatan mimpi, tanpa sengaja “Aha...!” terbaca catatan mimpi
tahun 2002 mengenai rumah sebelah nomor 10 dengan analisa mimpi ketika itu
adalah “tetangga rumah nomor 10 menjebol dinding pemisah”.
Perkataan yang diuraikan dalam ilustrasi mimpi, selain menggunakan bahasa
perumpamaan atau kiasan, juga berupa caption atau kata tangkap yang sangat
substantif sehingga tidak dimengerti orang lain. Maknanya tersembunyi di hati saya,
artinya informasi yang dikirim melalui mimpi sangat bersifat individual yang hanya
berkomunikasi dengan hati saya, sebagaimana ilustrasi mimpi berikut ini :
“Orang sebelah tetangga nomor 10 membuka penutup rumahnya. Hati berkata,
’Wah, pantas saja selama ini tertutup terlihat kurang bagus, ternyata dia sedang
membangun rumahnya’. Rumahnya jadi bagus, terasnya jadi luas dicat warna
cerah, interiornya bagus selera tinggi. Yang lebih surprise, dia jebol tembok
pemisah dan dia buat rumahnya seperti menyatu bahkan untuk datang ke meja
kerjanya di sana bisa melewati area sini, artinya kalau ada temannya datang dia
bisa lewat area sini menuju mejanya dalam rangka melayani temannya itu, meja
kerjanya bagus. Istrinya ternyata pintar juga mengatur meja suaminya. Lalu ibunya
baru datang dari pergi memarkirkan mobilnya. Kami berinteraksi. Dia ramah. Dia
baru taruh pajangan interiornya. Dia senyum. Dia bilang bahwa suaminya kasih
model seperti ini bersama-sama dia juga. Dalam hati, ’Wah dengan terbuka begini,
kalau sedang apa-apa dan kalau masing-masing ada tamu bisa saling kelihatan’. Di
sana ada tembok yang sedikit tertutupi untuk privacy”.
Demikian ilustrasi pesan mimpi. Ketika uraian “mimpi 2002” tidak sengaja
terbaca pada bulan Mei 2006, pesan tersebut ternyata menginformasikan kejadian
masa depan, yaitu saat terbaca kembali. Walau tahun 2002 sudah teranalisa inti
mimpi, tapi keadaan yang sebenarnya secara detail dan keseluruhan masih
menunggu waktu karena belum jatuh tempo, jadi masih belum dimengerti makna
konkretnya ketika itu.
Pada saat terbaca kembali, ternyata perkataan mimpi itu “hidup” sedang
menjelaskan kebenaran keadaan yang relevan ada saat itu. Begitu juga ketika
melanjutkan tulisan ini Februari 2007, “mimpi 2002” adalah kebenaran yang sedang
menceritakan keadaan rumah kami yang sudah bergabung. Meja bagus yang
dimaksud benar-benar ada baru diletakkan di ruang itu karena dipindahkan dari
rumah-kedua ibu akibat banjir. Begitu juga ibu baru meletakkan pajangan
interiornya kerumah-pertama ibu karena kebanjiran di rumah-kedua. Genaplah
sudah pesan mimpi 2002 ini pada tahun 2007 (“9”).
Yang ingin disampaikan di sini bahwa, ternyata pesan melalui mimpi mengenai
rumah sebelah yang benar-benar terjadi lengkap sampai jatuh tempo pada bulan
Februari 2007 itu, ternyata sudah dikirim melalui mimpi berkode “9” sejak lima
48
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
tahun lalu. Saya bermimpi ketika tidur hari Senin tanggal 11 November 2002 tengah
malam yang berarti jatuh pada hari Selasa tanggal 12 – 11 – 2002 (“9”).
Lucunya, belakangan baru tertangkap bahwa dari banyak kisah yang saya
alami, Allah sering memberikan contoh dalam tiga kali pengulangan kejadian,
sebagaimana ternyata rumah ini pun maunya selalu berpenghuni kode “9”
ditunjukkan dalam tiga kejadian ini. Pertama, sebagaimana dikemukakan di atas
bahwa pemilik rumah ini sebelumnya adalah Ibu Nurhayati yang bersaudara
kandung “9” dan merupakan anak ke “9”; kedua, setelah rumah ini dibeli, rumah
ini pun dihuni oleh ibu kandung dan adik kandung Diana. Sebagaimana telah
dikemukakan dalam Bab II bahwa, ibu kandung saya ternyata bersaudara kandung
“9” dan merupakan anak ke “9”; ketiga, belakangan baru sadar, lagi-lagi penghuni
berikutnya adalah adik kandung Diana yang bersaudara kandung “9” dan
merupakan anak ke “9”.
Saya pun teringat mimpi saya belasan tahun lalu, sebagai penguat “daya
percaya” kisah ini kemudian, bahwa kepindahan ibu dan Diana adalah benar-benar
sudah ada yang mengaturnya. Mimpi tidak sempat dicatat karena saat itu saya
belum percaya mimpi, tapi sampai sekarang mimpi tersebut tetap jelas dan tidak
pernah hilang dari ingatan dengan ilustrasi mimpi sebagai berikut :
Pesan mimpi :
“Saya menyambut tangan ibu dan Diana datang dari balik tembok dan
membimbing mereka menyeberang kali dan melompat dari satu tempat ke tempat
saya”.
Pesan mimpi ini mempunyai makna ganda secara rohaniah dan fisik. Secara
fisik ternyata adalah kepindahan ibu dan Diana dari rumah Otista ke sebelah rumah
saya yang kini telah menjadi satu. Ketika itulah unsur “9” ini berfungsi sebagai
kode pemberitahuan dari Allah bahwa tidak ada yang kebetulan dengan angka “9”
ini, melainkan diaturNya.
Kode “9” Di Balik Mushollah
Setelah dinding pagar pemisah dua rumah nomor 9 dan 10 dijebol dan ada pintu
penghubung di dalam yang membuat rumah kami terkesan menyatu, dirasa perlu
ada mushollah untuk kegiatan ritual spiritual bersama. Saya mendisain ruang
mushollah dengan konstruksi atap dan plafon terbuat dari besi warna hijau tua yang
pekerjaannya diserahkan kepada Pak Cecep dari Las Motecar. Warna hijau tua
yang akhirnya didapat adalah hasil dari pencarian ke sana kemari yang meminta
perhatian ekstra.
Terjadi tiga kali pengulangan barang-barang hilang. Hilang pertama. Setelah
konstruksi dipasang, sisa cat hijau merek Cap Kuda Terbang nomor 65 berikut kuas
49
Kode “9” Di Balik Rumah
sengaja ditinggalkan Pak Cecep di rumah untuk keperluan lain. Ketika diperlukan
pengecatan lis agar warna harmonis dengan atap, kaleng cat hijau dan kuas
menghilang. Saya heran bisa hilang tanpa jejak siapa yang mencuri, padahal ketika
itu orang lain di rumah hanya pembantu baru dan tukang bangunan. Saya percaya
tukang bangunan, maka ada tanda tanya dan perkara di hati terhadap pembantu
baru.
Sebagai pengganti, saya minta tolong sepupu Apik membelikan cat hijau
dengan merek dan nomor yang sama. Setelah penat mencari ke sana kemari
dengan situasi kondisi yang melibatkan emosinya, Apik tidak menemukan cat yang
dicari. Untuk kedua kalinya setelah tahu tempat jual cat itu, barulah dia temukan.
Apik mengatakan ternyata cat nomor 65 ini sebenarnya bernomor 965 hanya “9”
nya memang tersembunyi tidak pernah disebut orang namun pelanggan semua tahu
bahwa semua warna cat dari produk merek Cap Kuda Terbang di depannya
bernomor “9”.
Karena pencarian cat ini melibatkan emosinya, maka angka “9” yang
tersembunyi di balik cat ini sempat mencuri perhatiannya yang selama ini
menganggap angka “9” yang terjadi pada saya hanya faktor kebetulan. Saya
mengatakan saatnya dia “heran” karena selama ini hanya mendengar ceritanya
saja, namun sekarang dia sebagai saksi dan berinteraksi sendiri dengan angka “9”
yang terjadi pada saya.
Sebagaimana kode “9” yang tersembunyi di balik cat merek Cap Kuda
Terbang, begitu pula kode “9” tersembunyi di balik peristiwa yang saya alami.
Siapa yang mencuri ternyata menimbulkan perkara kecil di hati, namun dengan klik
kode “9”, saya lenyapkan perkaranya di hati dan menyerahkannya kepada Allah.
Kode “9” di balik cat tersebut menyiratkan Allah menyertai sehingga saya ingat
kehadiran Allah. Harga cat tak bernilai, tapi harga hati tak ternilai.
Hilang kedua. Memang aneh setelah pembantu baru bekerja di rumah, tibatiba
banyak barang hilang. Beberapa hari kemudian hilang lagi satu kaleng cat
warna emas, tapi begitu teringat kode “9” dari cat sebelumnya, saya coba buang
lagi perkara itu dari hati.
Hilang ketiga. Ada satu buku yang terlihat lowong terambil dari rak buku dan
ternyata hilang lagi Al’Quran ukuran besar warna emas kesayangan saya yang
diletakkan tegak di antara buku-buku lain.
Pembantu memang banyak temannya di sekitar kompleks rumah, gerakgeriknya
terlihat repot mencurigakan, kadang keluar dan masuk lagi sambil
membawa barang untuk disimpan di rumah, seperti barang hasil curian dari rumah
majikan tempat temannya itu bekerja. Saudara-saudara saya tidak simpati melihat
wajahnya yang kata mereka tidak baik, tapi saya tetap tak terpengaruh karena
masih menginginkannya bekerja di rumah. Suatu waktu datang juga rasa curiga dan
saya mulai menyelidikinya.
50
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Suatu malam ketika sedang bicara dengan ketua RT Pak Hady Evianto di
pagar rumah, terdengar teriakan ketakutan Chika. Setelah selesai bicara dengan
Pak Hadi saya langsung menuju kamar menemui Chika. Ia katakan tadi tiba-tiba
ada anjing jalan-jalan dalam rumah. Saya katakan bahwa dari tadi bicara dengan
Pak Hadi di pintu pagar, tidak ada anjing masuk dan keluar dari pintu pagar. Saya
langsung masuk rumah dari pintu depan menuju kamar sementara pintu lain sudah
tertutup jelas sekali tidak ada anjing masuk rumah ini. Saya anggap hal ini adalah
penglihatan nyata spiritual Chika sebagai simbol yang menyiratkan bahwa rumah
kami sedang kemasukan anjing, artinya rumah sedang kemasukan mahluk yang
bersifat seperti hewan itu. Apakah pembantu baru itu bersifat ibarat hewan itu?
Bekerja sambil ambil apa saja walau kepunyaan orang lain? Kecurigaan kepada
pembantu jadi bertambah.
Setelah gajian pembantu mengemas barang-barangnya minta pulang baik-baik.
Ketika ia izin keluar sebelum membawa semua barangnya, saya periksa kopernya.
Ada barang dan buku sholat lengkap milik saya dia selipkan di antara lipatan baju di
kopernya. Setelah keluar, ia tidak datang lagi tapi menitipkan anaknya untuk
mengambil barangnya.
Sebelum kopernya diambil, saya lihat di kamarnya ada buku Al’Quran butut
miliknya tidak dimasukkan dalam koper, tapi ditinggal di rak kamar. Logika saya
berpikir dia tinggalkan buku butut karena sudah punya buku Al’Quran baru warna
emas milik saya. Hati mengiyakan sifatnya ibarat hewan itu dan saya tidak terima
caranya. Barulah emosi terpancing dan saya datang ke tempatnya, ternyata dia
sudah pulang kampung. Saya usut anaknya dan berpesan bahwa bagaimana ibunya
bisa membaca Al Qur’an hasil curian?
Dari awal pembuatan mushollah, saya diuji dalam rangka Allah berkehendak
memberi pengajaran tambahan mengenai kode “9” yang tersembunyi di balik cat
merek Cap Kuda Terbang nomor “9” 65. Allah menguji melalui pembantu rumah
tangga yang menimbulkan rentetan perkara kecil sehari-hari tapi sanggup
mengkontaminasi hati.
Apakah saya menangkap kode yang tersembunyi dalam angka “9” yang berisi
pengajaran agar selalu ingat kehadiran Allah? Saya selesaikan perkara kecil ini
dengan mendapatkan pengajaran bahwa harga barang yang hilang tidak bernilai,
tapi Allah sedang menguji saya untuk memberi pengajaran adalah karunia yang tak
ternilai.
Benar kata rohaniwati Teresa, berbeda dengan sekolah di mana pengajaran
dari guru harus bisa masuk dulu ke pikiran baru lulus diuji, tapi dalam kehidupan
kita harus lulus diuji dulu baru pengajaran dari Allah bisa masuk ke hati. Banyak di
antara kita yang tidak lulus diuji dalam perkara kecil, sehingga banyak pengajaran
besar yang tersembunyi di balik perkara kecil itu tidak bisa masuk ke pikiran dan
hati.
51
Kode “9” Di Balik Rumah
Sebagaimana keberadaan kode “9” di balik cat merek Cap Kuda Terbang
yang tersembunyi, begitu pula makna kode “9” yang keberadaannya selalu
tersembunyi.
Kode “9” Di Balik Perabotan
Hampir dua puluh tahun berumah tangga saat itu, keperluan perabotan di
rumah tidak menjadikan saya prioritas untuk mengadakannya kecuali benar-benar
sesuai kebutuhan. Saya juga heran, saya tidak membelanjakan uang khusus untuk
perabotan ketika pindah rumah, termasuk perabotan di ruang tamu dan dapur. Saya
pernah ingin membeli perabotan yang serius sesuai selera tapi selalu saja tidak
terjadi karena saya menunda-nunda dan mengendalikan keinginan itu. Sekarang
saya menilai sikap saya dulu itu termasuk yang “sabar”.
Mendiang mertua di Bandung banyak meninggalkan perabotan antik dari kayu
jati yang masih bagus kalau dipolitur lagi. Berhubung di antara kakak beradik tidak
berminat, saya dan suami memilih perabotan yang diperlukan untuk diperbaiki dan
dipolitur lagi. Setelah pekerjaan politur selesai dikerjakan Indun – tukang sejak kecil
bekerja dalam keluarga, perabotan itu dibawanya dengan truk dari Bandung ke
rumah bulan Ramadhan Oktober 2006. Ketika perabotan tiba, ternyata masih ada
barang yang perlu dipolitur kembali.
Politur Mowilex yang dipakai Indun ternyata sulit ditemukan di toko sekitar
rumah. Juga di beberapa toko langganan sampai toko terlengkap Depo Bangunan
tidak ditemukan. Saya telepon toko ke sana kemari hingga merepotkan, minta
kesabaran ini dan akhirnya kode nomor Mowilex ditemukan. Puas menemukan
barang yang dicari dan sambil memperhatikan fisik kaleng politur menunggu
kembalian pembayaran di kasir, tidak sengaja saya hitung jumlah angka kode warna
politur yang ternyata klik menyembunyikan kode “9”, karena politur tersebut
bermerek dan bernomor Mowilex 504 (“9”).
Lucunya, dan Indun juga heran mengapa perabotan dari mertua yang ditata di
ruang tamu dan dapur bisa tepat antara ukuran perabot dengan ruangannya, seakan
perabotan itu hasil pesanan, bukan dari yang sudah ada. Ketika memilih perabotan,
saya ambil yang perlu saja dan menuruti kata hati. Saya puas dengan perabotan itu
karena sesuai selera. Sambil merenung saya bersyukur ternyata kode “9” di balik
perabotan memaknai bahwa untuk semua ada waktunya dan sifat sabar mutlak
tidak pernah sia-sia bahkan berbuah manis.

Tidak ada komentar: