Senin, 10 November 2008

"9" Code, Angka Fenomenal Religius

BAB V : KODE “9” DI BALIK MIMPI
Bukan mimpi tak berarti, tapi orang yang tak mengerti arti mimpi

Pendahuluan
Menjelang akhir tahun 1996, intensitas spiritual saya sedang tinggi dan
dimulainya tahun spiritual bagi saya. Pertama kali saya merasakan
kebahagiaan yang tak terkira yang membuat saya tidak sanggup tidak menyembahNya.
Sesuatu yang dianggap irasional karena tidak terjawabkan hanya dengan
akal pikiran manusia, namun terjawab dengan kemurnian hati.
Sesuatu itu adalah saya mengalami pencerahan, saya merasa dekat
denganNya. Saya merasakan hati ini hidup. Saya merasakan lahir kembali. Saya
merasakan disucikan olehNya. Saya merasakan beberapa kali indra mata dan
telinga saya melihat dan mendengar sesuatu dalam dimensi lain. Dengan mata,
telinga dan hati saya percaya adanya surga, neraka dan Allah. Baru kali ini seumur
hidup saya merasakan getaran yang tak terhingga rasanya. Pada saat itulah saya
mulai sering bermimpi. Saya merasakan diberikan pengajaran langsung dari Allah
ke hati dan pikiran melalui pesan dan petunjuk dalam mimpi.
Awalnya saya tercengang mengalami peristiwa fakta kenyataan dan
kebenaran di lapangan alam nyata yang berasal dari alam mimpi yang substansinya
persis seperti dalam mimpi dan berhubungan dengan pesan mimpi.
Namun karena fakta terjadi berulang-ulang, maka kemudian rasa takjub
mendorong saya untuk mencatat, menganalisa dan mengeksplorasi mimpi. Saat
itulah saya merasa betapa sayangnya kalau pesan mimpi ini diabaikan begitu saja
tanpa mencatatnya sebagai bahan informasi, rujukan, referensi, evaluasi, introspeksi,
cermin diri dan pengajaran dalam hidup dan kehidupan saya.
Belakangan baru saya sadari ternyata hal pencerahan itu saya dapatkan
setelah menginternalisasi program-program pengembangan karakter manusia dari
LMI dan SMI dengan Total Person Concept – sebagaimana disinggung di bawah
ini, tepat dalam waktu selama “9” bulan.

“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Mimpi Menggunakan Perumpamaan :
Saya merasa seperti hidup di dua alam, baik di alam mimpi mau pun di alam
nyata. Walau berbeda alam, tapi peristiwa yang dialami baik dalam alam nyata
maupun alam mimpi secara substansial hakiki tidak ada perbedaan. Yang membuatnya
berbeda adalah:
Pertama, alam nyata terjadi dalam peristiwa waktu kini di depan mata,
sedangkan alam mimpi terjadi dalam peristiwa waktu tak terbatas menembus
ruang dan waktu. Itulah mengapa mimpi tidak mudah dimengerti karena
terkadang peristiwanya belum terjadi di depan mata.
Kedua, peristiwa yang terjadi dalam alam nyata langsung dapat dimengerti
dan diterjemahkan karena menggunakan bahasa biasa yang bermakna langsung,
sedangkan peristiwa dalam alam mimpi tidak langsung dapat dimengerti karena
menggunakan bahasa simbolik secara universal dan individual, bahasa isyarat,
bahasa kiasan, bahasa ibarat yang bermakna di balik perumpamaan dan diterjemahkan
dengan bahasa karunia. Hal perumpamaan sebagaimana ada tertulis
dalam surat Kitab Suci Injil berikut ini :
Matius 13:10,11,13,35 :
“Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya:
‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’.
Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan
Sorga, tetapi kepada mereka tidak’. Itulah sebabnya Aku berkata-kata
dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka
tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan
tidak mengerti. Supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: ’Aku
mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan
hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan’”.
Ada dua faktor yang membuat mimpi tidak dapat dimengerti: Faktor
pertama, gambar di layar mimpi sudah jelas, namun maknanya tidak dapat
dimengerti. Makna perumpamaan dalam bahasa mimpi tersebut tersembunyi dan
hanya dapat diterjemahkan dengan bahasa karunia, disamping pembelajaran dari
pengalaman banyaknya dikirim pesan melalui mimpi, juga kepekaan dan daya
meneliti dalam tingkat tertentu.
Faktor kedua, gambar di layar mimpi tidak jelas, karena mimpi datang dari
cuaca hati dalam tingkat kebersihan hati yang tidak memenuhi syarat. Seperti layar
televisi yang membutuhkan cuaca alam dalam tingkat kebersihan tertentu guna
menangkap informasi dan gambar yang jelas, jernih dapat dibaca, begitu juga layar
mimpi membutuhkan cuaca hati dalam tingkat kebersihan tertentu guna menangkap
informasi dan gambar yang jelas, jernih dapat dibaca.

Kode “9” Di Balik Mimpi
Ketiga, peristiwa dalam alam nyata terjadi dalam keadaan pikiran tidak tidur,
sehingga hati bekerja diintervensi oleh pikiran, sedangkan peristiwa dalam alam
mimpi terjadi dalam keadaan pikiran tertidur, sehingga hati bekerja tanpa
diintervensi pikiran.
Oleh karena pikiran sedang bekerja di alam nyata, sementara pikiran bisa
berbohong, maka alam nyata bisa saja berbohong. Tapi, karena pikiran tidak sedang
bekerja di alam mimpi dan hati tidak bisa berbohong, maka alam mimpi mutlak tidak
bisa berbohong.
Dengan kata lain, alam mimpi berasal dari hati murni tanpa dipengaruhi
pikiran. Masalahnya adalah, hati yang murni tersebut dalam keadaan on hidup
siap dipergunakan atau dalam keadaan off mati sehingga tidak bisa dihubungi oleh
Maha Pencipta?
Fakta mengatakan manusia hidup dengan hati, namun tidak banyak dengan hati
yang hidup. Kesibukan duniawi terkadang kita tidak sempat terus menerus
menyentuh dan menghidupkan mesin yang satu ini. Hati yang hidup adalah hati
yang on senantiasa dekat dan hidup bersatu dengan Allah. Kebenaran berikut
pemahamannya hanya dapat bernaung di dalam kondisi hati seperti ini untuk
dijadikan media sesuai kehendakNya.
Mimpi Bukan Sub-consciousness :
Seperti kebiasaan banyak orang beranggapan bahwa mimpi adalah manifestasi
dari alam bawah sadar atau sub-consciousness seseorang, atau ada yang
menyebutnya sebagai bunga tidur yang tiada arti, begitu pula angggapan saya
mengenai mimpi ketika itu, sebelum mendapat pemahaman mimpi. Itulah mengapa
pada awalnya saya belum peduli dan tidak menggubris soal mimpi.
Sampai pada suatu saat dengan berjalannya waktu, mimpi-mimpi itu selalu saja
menjadi fakta dan nyata. Analisa dan fakta dari pengalaman pribadi secara intensif
dan pengamatan empiris selama lebih dari sepuluh tahun yang saya alami lebih
membuktikan bahwa sebenarnya bukan mimpi tak berarti, tapi banyak orang tak
mengerti arti mimpi.
Tertib logikanya menurut saya, karena hati yang murni berasal dari kebenaran
tertinggi yaitu Allah, maka mimpi berasal dari Allah langsung, bukan datang dari
alam bawah sadar atau sub-consciousness, seperti banyak teori para ahli ilmu
jiwa.
Hal sub-consciousness ini juga dikukuhkan Allah melalui pesan mimpi. Ketika
saya sering mengatakan bahwa mimpi-mimpi saya itu adalah sub-consciousness
dan pada saat hati saya beranggapan bahwa mimpi adalah sub-consciousness,
Allah meluruskannya. Dia mengirimkan pesan mimpi yang ketika itu tidak tercatat
tepat tanggalnya sebagaimana di bawah ini :
56
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Pesan mimpi tahun 1996 :
“Ada seseorang yang hatinya selalu tertuju kepada Allah mengatakan kepada
saya ’Annie, itu bukan sub-consciousness, tapi itu dari Allah’ “.
Mimpi Sebagai Komunikasi Allah :
Ternyata, mimpi adalah jalur komunikasi dengan Allah sebagai media
penyampaian pesan. Pesan mimpi merupakan petunjuk yang memiliki kekuatan
untuk mengoreksi, memperbaiki dan meluruskan masalah kehidupan yang
terkadang salah kaprah, atau mengarahkan jalan kehidupan. Sejak tertangkap
maksud mimpi, saat itu tindakan saya di alam nyata banyak bertolak dan terkadang
menunggu dari pesan dan petunjuk yang disampaikan melalui mimpi-mimpi
tersebut. Sebagaimana dalam peristiwa-peristiwa yang dikemukakan dalam babbab
di bawah ini, termasuk Bab VIII: “Yesus” Menjamah Melalui Karunia Allah,
dimana “Yesus” pertama kali menjamah saya melalui mimpi pada tahun 1998.
Sampai saat ini, hampir setiap hari saya mengalami mimpi baik pada saat tidur
malam maupun siang. Tidak seperti kebanyakan orang mudah lupa dengan
peristiwa yang dialami dalam mimpi, peristiwa yang saya alami dalam kehidupan
alam mimpi sangat kuat dalam ingatan sekuat mengingat peristiwa yang saya alami
dalam kehidupan alam nyata, bahkan terkadang melekat di pikiran dan hati.
Karena mimpi adalah fasilitas komunikasi yang disediakan Allah bagi manusia
untuk dapat dihubungiNya, sebagaimana roh adalah merupakan kreatifitas Allah,
maka saya beranggapan mimpi merupakan bidang praktikal ilmu religius, bukan
teori ilmu lainnya.
Belakangan setelah terbuka tabir kode “9” tahun 2002 dan terbuka kebenaran
Firman Allah tahun 2005, barulah saya mengerti. Sebagaimna kode “9”, mimpi
adalah karunia dari Allah sebagai media komunikasi denganNya. Bahkan, ketika
saya mengamati catatan mimpi, ternyata banyak jumlah tanggal bulan dan tahun
bermimpi atau hasil tindakan mengikuti pesan mimpi mengisyaratkan kode “9”.
Media mimpi dan kode “9” berfungsi saling mengukuhkan daya percayanya bahwa
di balik itu ada pesan kehendak Allah.
Pesan dari media mimpi yang mengisyaratkan kode “9” atau pesan mimpi
yang kemudian direspon dan memberikan kode “9” ini sangat komunikatif, terasa
dekat sekali dan ada interaksi antara saya dan Roh Yang Maha Kuasa. Di
antaranya sebagaimana dikemukakan dalam kisah-kisah ridho Allah sehubungan
dengan konsep manusia total yaitu konsep keseimbangan hidup di bawah ini.
Hal dan pesan mimpi lain yang sarat dengan pelurusan anggapan-anggapan
yang banyak terimplementasikan secara tidak proporsional dalam kehidupan seharihari
seperti cara berzakat, anggapan patung, melahirkan cara sesar dan banyak
lagi, tidak dibahas di buku ini tapi dalam buku tersendiri yang insya Allah dapat
terbit dalam waktu kemudian.
57
Kode “9” Di Balik Mimpi
Kode “9” Di Balik Konsep
Setelah menamatkan sekolah M.B.A. Februari 1993, cukup lama saya
mengirim surat lamaran pekerjaan ke sana kemari tapi tidak mendapatkan
jawaban. Dengan banyaknya waktu menggiring saya banyak melakukan tafakur
dan intensif berdoa kepada Allah sehingga saya dapat menikmati salah satu aspek
kehidupan, yaitu bidang spiritual.
Akhirnya tiga tahun kemudian, tanpa melamar pada April 1996, melalui
relasi sekantor suami Mr. Owen Podger – warga negara Australia, saya direkrut di
bawah bendera Leadership Management International Institute (LMI), institusi
asal Texas, Amerika, yang beroperasi di Indonesia atas nama perusahaan PT. Bina
Insan Asih.
LMI bergerak dalam bidang People Development/Pengembangan Karakter
Manusia dengan konsep Total Person Concept: 1) Spiritual & Ethical, 2)
Physical & Health, 3) Mental & Educational, 4) Family & Home, 5) Financial
& Career, 6) Social & Cultural. Program dengan konsep menjadi manusia total
untuk pencapaian keseimbangan hidup dalam enam area kehidupan yaitu 1)
Spiritual & Etika, 2) Fisik & Kesehatan, 3) Mental & Pendidikan, 4) Keluarga &
Rumah Tangga, 5) Keuangan & Karir, 6) Sosial & Budaya.
Saya memulai karir beranjak dari bawah dengan tugas menjual dan
memberikan pelatihan program. Tiga bulan pertama saya ditempatkan sebagai
Sales Associate, tiga bulan kedua diangkat menjadi Sales Manager, dan tiga bulan
ketiga dipercaya menggantikan posisi top Mr. Owen Podger dengan diangkat
menjadi LMI Director for Indonesia. Proses dari awal hingga akhir sampai
menjadi LMI Director selama “9” bulan.
Desember 1996, baru tiga bulan menjadi LMI Director yang belum
menunjukkan hasil signifikan, saya dikirim ke Auckland - New Zealand bersama
dengan Master Franchisee LMI Indonesia dan staff lainnya untuk pelatihan
program lainnya yang diperlukan. Di Auckland kami dilatih langsung oleh Ian
Fredericks, Asian African Director for LMI & SMI (Success Motivation
International Institute, masih satu payung dengan LMI). Singkat cerita, saya
ditawarkannya menjadi Pemegang Master Franchisee untuk menjalani bisnis SMI
dengan jabatan baru General Director for SMI Indonesia.
Pekerjaan LMI & SMI menuntut saya menjadi Product of the product.
Artinya, sebelum saya mengajarkan nilai-nilai dalam produk yang dijual dan
ditransfer kepada orang lain, saya harus mengadopsi dan menginternalisasi nilainilai
pengembangan karakter manusia tersebut, menjadi seperti apa yang diajarkan
produk tersebut terlebih dahulu dengan visi Motivating people to their full Godgiven
potential. Artinya, memotivasi manusia sepenuh potensi yang diberikan
Allah.
58
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Konsekuensinya, dalam bekerja pada saat awal, saya lebih banyak belajar
sehingga waktu yang dijalani lebih banyak mendalami dan mengupas program
produk itu. Belakangan, barulah sadar ternyata saya benar-benar mewujudkan
product of the product yang diinginkan program tersebut. Saya menemukan
potensi diri yang tersembunyi di dalam diri saya dalam bidang spiritual,
sebagaimana yang dikemukakan dalam nbuku ini.
Dalam masa transisi dari LMI ke SMI, banyak persiapan yang perlu dijalani
agar SMI dapat beroperasi di Indonesia. Salah satu adalah hadir dalam Pertemuan
LMI & SMI sedunia di Seoul, Korea Selatan. Pertemuan dimaksudkan untuk
bertemu dengan pemegang institusi LMI & SMI sedunia, pelatihan pengembangan
program baru, persiapan kontrak dengan The LMI & SMI President, Texas, USA,
Mr. Randy Slechta.
Ian mengharapkan saya dapat hadir dalam Pertemuan Internasional di Korea
dalam rangka dapat memulai bisnis SMI dengan kontrak formal langsung dari
Randy. Pertemuan Internasional pertama bagi saya ini merupakan obsesi di
samping ada keraguan apakah saya tetap di LMI atau beralih ke SMI, serta
apakah bisa bergabung dalam acara itu nanti. Dalam perasaan antara obsesi dan
keraguan, ternyata Allah mendukung dengan mengirim pesan mimpi dengan
ilustrasi mimpi sebagai berikut :
Pesan mimpi Jumat pukul 4 tanggal 4 bulan 4 tahun 1997 :
“Situasi Randy Slechta sedang duduk agak menyamping terlihat kurang puas
dan bicara kepada saya seperti ini :
Randy : You have to change your behaviour’ (Anda harus mengubah perilaku
Anda)
Saya : (Dengan bahasa tubuh bertanya apakah saya bisa bergabung dengan
SMI?)
Randy : ’Yes, we can start next 3 or 4 months’ (Ya, kita bisa mulai 3 atau 4
bulan lagi)
Saya : ’Ok, I’ll send you my proposal’ “ (Baik, saya akan kirimkan proposal)
Pesan mimpi ini bermakna Randy kurang puas dengan situasi bisnis LMI di
Indonesia. Namun dia tetap mengizinkan saya untuk dapat memulai bisnis SMI
ketika dalam pertemuan internasional nanti. Pesan mimpi itu sangat tepat dan saya
baru tahu belakangan ketika itu ternyata acara akan diselenggarakan sekitar tiga atau
empat bulan ke depan, yaitu Pertemuan Internasional tanggal 21–07–1997 (“9”).
Ketika hati ragu memilih antara LMI atau SMI, Allah mendukung saya untuk
memilih SMI, dengan mengirimkan pesan melalui mimpi dengan ilustrasi mimpi
sebagai berikut :
59
Kode “9” Di Balik Mimpi
Pesan mimpi tanggal 20 – 04 – 1997 :
“Saya berhadap-hadapan dengan seseorang dengan pembicaraan sebagai
berikut :
Saya : ’SMI singkatan dari Success Motivation International’
Orang : ’Wah, dari namanya saja sudah powerful, yah itu. Yang lama apa ?’
Saya : ’LMI, singkatan dari Leadership Management International. Yang
mana ?’.
Orang : ’Yah itu tadi, SMI’.
Saya bertolak dari pesan-pesan mimpi itu dan segera bergerak menyiapkan
proposal untuk bisnis SMI. Banyak pesan lain yang disampaikan mengenai situasi
kondisi bisnis SMI ini, yang tidak semua dikemukakan dalam buku ini. Setelah tiga
bulan berlalu siap dengan proposal dan mendekati hari H, tiga malam berturutturut
ketika tidur pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu tanggal 11, 12 dan 13 Juli
2007, saya terbangun tengah malam untuk ritual sholat tahajud menanyakan kepada
Allah kepastian pergi ke Korea, karena dana untuk keperluan acara ketika itu
belum memungkinkan. Bagaimana sebenarnya respon Ian terhadap saya mengenai
bisnis SMI ini di Indonesia, apakah ia benar-benar menghendaki saya dalam bisnis
ini atau tidak. Setelah sholat tahajud malam pertama itu saya langsung mendapat
jawaban melalui mimpi pertama berkode “9” seperti diilustrasikan ini :
Pesan mimpi pertama tanggal 12 – 07 – 1997 (“9”) :
“Ada atraksi demonstrasi masak di atas kuali besar oleh orang Indonesia di
lantai dasar. Begitu saya lihat dari lantai atas, orang yang melakukan atraksi tidak
ada dan kualinya kosong, dan baru akan mulai lagi. Saya mendatangi Ian yang
sedang duduk sendiri di barisan kursi kosong. Dia enggan melihat orang beratraksi
itu. Saya tanya, ’Apakah kamu tidak mau lihat orang melakukan atraksi itu?’. Dia
jawab, ’Tidak, malas’. Lalu saya menangkap jiwanya dengan bahasa tubuh yang
berkata, ’LMI kurang berhasil di Indonesia, saya ragu apakah SMI nanti begitu
juga?’. Saya jawab dengan bahasa tubuh, ’Saya bisa, jangan takut’. Lalu dia peluk
saya. Pelukan cukup lama, dilepas begitu ada orang lewat. Sambil melepaskan
pelukan dia berkata seperti klarifikasi, ’Memang saya punya dua perempuan lagi
seperti yang sudah kamu ketahui, mereka orang Korea dan Thailand’. Saya
mengangguk-angguk tanda tidak apa-apa, ’Bukankah itu tidak perlu?, karena ini
bukan hubungan cinta tapi hubungan bisnis’. Pengertian ini juga sudah ditangkap
olehnya. Setelah pelukan lepas dia sibuk dengan orang yang ada di sekitar”.
Pesan mimpi ini menjawab pertanyaan yang saya ajukan kepada Allah dalam
sholat tahajud yang bermakna bahwa, karena Ian menilai pemilik bisnis LMI di
Indonesia belum berhasil, dia jadi ragu apakah nanti SMI di Indonesia akan seperti
60
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
itu pula. Setelah melihat kemauan saya, walau masih bertanya-tanya, namun Ian
bersedia mencoba bisnis SMI ini diberikan kepada saya. Saya dan Ian memang
saling bersimpati, tapi kami sudah mendapatkan saling pengertian bahwa hubungan
ini adalah hubungan bisnis bukan hubungan percintaan.
Walau Ian dan Randy sudah setuju bisnis SMI di Indonesia dilimpahkan
kepada saya sesuai makna mimpi itu, namun saya masih saja ragu kepastian
maknanya. Saya tanyakan lagi kepada Allah dalam doa tahajud kedua pada malam
kedua itu dan bermimpi lagi ketika bangun tidur hari Minggu dengan ilustrasi mimpi
kedua sebagai berikut :
Pesan mimpi kedua tanggal 13 – 07 – ’97 (“9”) :
“Saya lomba lari dengan kawan perempuan. Sambil lomba lari dia sarankan
lewat sana lewat sini. Lalu di depan ada sungai yang di atasnya ada kayu-kayu
ngambang. Dia suruh saya lompat saja ke kayu itu. Karena tidak ada jalan lain,
saya langsung lompat ke kayu ngambang itu dan selamat sampai di darat lagi, dan
saya menang. Saya bersembunyi di balik kursi-kursi di tempat keramaian, dia tahu
dan terus mencari. Dengan sorot matanya yang tajam Randy terus mengejar saya
dan bertemu. Lalu diukur tinggi badan saya dan dia, ternyata dia tinggi sekali dan
paling tinggi di antara semuanya. Dia mengajak saya ke tempatnya yang tinggi
seperti lantai 5 dengan menggunakan lift. Di dalam lift, ketika ada sedikit simpati
dengannya, dia yang kakinya bagus tinggi itu membuka stockingnya. Begitu
stocking dibuka, kakinya tidak seindah pakai stocking. Begitu tiba di lantai 5 dan
pintu lift terbuka, lantainya bergoyang-goyang. Saya agak takut, tapi dia tidak
masalah menyilahkan saya masuk saja. Saya lewati lantai yang bergoyang-goyang
itu. Lalu tibalah ke tempat penitipan kunci. Dia ambil kunci untuk ajak saya ke
ruangannya”.
Makna mimpi tersebut sebagai berikut: Simbol sorot mata dan orang yang
paling tinggi itu adalah Randy Slechta, President LMI & SMI. Pada awalnya
posisi antara dia dan saya memang seperti berlomba, tapi pada akhirnya saya yang
menang dan dia justru dalam posisi yang mengejar saya. Artinya saya menang
dalam posisi bargaining power atau kekuatan tawar menawar. Dia memberikan
arahan yang walaupun penuh resiko, saya dapat melewatinya. Membuka stocking,
bermakna walau posisinya tinggi, tapi dia sebenarnya tidaklah sebagus yang
terlihat. Artinya saya perlu hati-hati dalam menyikapi bisnis SMI ini. Lantai yang
bergoyang bermakna Indonesia mengalami krisis moneter. Tapi walau Indonesia
sedang mengalami krisis moneter, Randy tidak mempermasalahkannya dan dia
berikan kunci agar saya dapat memulai bisnis SMI ini.
Kedua pesan mimpi tersebut maknanya begitu jelas tertangkap. Tapi karena
ketika itu saya belum beriman kepada mimpi dan tidak percaya mimpi begitu saja
karena belum terbukti fakta konkret, di samping kondisi keuangan belum
61
Kode “9” Di Balik Mimpi
menjanjikan, maka pada hari ketiga saya sholat tahajud menanyakan lagi kepastian
kepergian ke Korea lalu tidur bermimpi dan terbangun hari Senin dengan ilustrasi
mimpi ke tiga sebagai berikut :
Pesan mimpi ketiga tanggal 14 – 07 – 1997 :
“Ada fax dari Ian Fredericks memberikan nomor registrasi tanda sudah
diregistrasi atau konfirmasi untuk hadir di Korea”.
Pesan mimpi ketiga berfungsi sebagai pengukuhan karena saya masih ada
sedikit keraguan untuk pergi ke Pertemuan Internasional di Korea sehingga pesan
mimpi ini menguatkan keyakinan saya bahwa saya bisa pergi ke Korea.
Besoknya hari Selasa 15 Juli 1997, pesan mimpi ketiga secara konkret terjadi
fakta di lapangan alam nyata. Ian Fredericks mengirim fax tanda konfirmasi
kepergian saya ke Korea untuk menghadiri Pertemuan International LMI & SMI
se dunia.
Walau jelas sekali saya diizinkan Allah untuk menghadiri acara tersebut, tapi
situasi finansial saya menjelang beberapa hari lagi keberangkatan masih belum
mengizinkan untuk pergi. Sampai waktu sudah kritis karena keesokan harinya
sudah harusnya berangkat, tapi tidak ada tanda-tanda untuk pergi, maka dalam hati
terus bertanya-tanya apakah arti mimpi sampai tiga kali itu ? Sore itu saya
sudah hilang harapan dan ketika sedang berkemas-kemas pulang kantor, tiba-tiba
Mr. Owen Podger memberikan dana yang dibutuhkan untuk keperluan tersebut
dalam detik-detik terakhir.
Yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa mimpi saya adalah benar,
antara alam mimpi dan alam nyata tidak berbeda, apa yang Allah kehendakilah
yang akan terjadi. Walau situasi kondisi seakan tidak pasti, tapi kalau Allah sudah
menentukan, dalam detik-detik terakhir pasti terbukti. Sejak itu saya beriman
terhadap mimpi.
Kamis 26 April 2007, saya terkejut ketika mentransfer catatan mimpi ini ke
dalam naskah buku ini, karena ternyata angka “9” ketika itu sudah berkode.
Terhitung sejak dikirimNya pesan mimpi pertama pada tanggal yang berkode “9” :
12–07–1997 (“9”) sampai acara Pertemuan Internasional Korea pada tanggal yang
berkode “9”: 21–07–1997 (“9”), ternyata saya menunggu dalam ketidakpastian
selama “9” hari.
Setelah mengadopsi nilai-nilai Total Person Concept yang ditawarkan
program pengembangan karakter manusia ini, visi saya jadi terbangun. Betapa
manusia bangsa Indonesia membutuhkan program-program seperti ini. Namun,
karena program ini ketika itu masih dalam bahasa Inggris dan dijual dalam dollar di
tengah krisis moneter yang sedang dialami bangsa Indonesia, menjadikan harga
program ini melonjak sangat mahal. Pasar menjadi eksklusif yang sulit dijangkau
62
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
masyarakat Indonesia kebanyakan. Sementara hati terdalam saya merindukan
program ini diadopsi manusia Indonesia yang sebetulnya sangat mendesak membutuhkannya.
Serta saya sebagai Master Franchisee periode 1997–2002 menjadi
berat menjalani bisnis sehingga keberadaan SMI di Indonesia menjadi vakum untuk
beberapa lama.
Tahun 2004, Master Franchisee untuk SMI di Indonesia kemudian ditangani
oleh Pak Andy Sutedja. Kami bertemu ketika itu, tapi baru dengan kode “9” saya
mendapatkan keistimewaan darinya menjadi Business Partner sebagaimana SMS
nya di bawah ini, pada tahun 2007 (“9”).
SMS pukul 20:51:30 tanggal 15 – 05 – ’07 (“9”) :
“Khusus untuk ibu, Anda tidak invest atau bayar $ ........ untuk menjadi
Business Partner SMI. Yah sekarang yang lain invest, jadi mereka harus jadi
product of the product dulu dan komit to SMI to represent SMI”.
Kode “9” Di Balik Multibudaya
Mei 1997 sebelum berangkat ke Korea untuk menghadiri acara Pertemuan
Internasional LMI SMI se dunia itu, saya sudah menjalani bisnis SMI di Indonesia.
Pekerjaan menuntut saya menjual program dengan menemui calon pembeli. Waktu
itu, pertemuan dengan calon klien di lobi Hotel Shangri-La Jakarta jadi batal, malah
tanpa disengaja saya bertemu dengan seorang warga negara Amerika keturunan
Mesir bernama Farid Elashmawi.
Pendidikannya adalah Ph.D dalam Nuclear Engineering dari North Carolina
State University dan MBA dari Santa Clara University. Ia menjabat sebagai
president dari Tech-Trans International, a San Jose-based Consulting Firm dalam
bidang Management of Technology Transfer dan Cross-Cultural Problems. Pekerjaannya
kemudian sebagai konsultan bagi perusahaan pemerintah dan multinasional
dalam mengatasi kesulitan-kesulitan terhadap perdagangan internasional dan
pengembangan bisnis secara global khususnya dalam memberikan pelatihan
Multicultural Management di bawah bendera Global Success. Hal ini menuntutnya
keliling dunia dan tiga bulan sekali mengunjungi Asia termasuk Indonesia.
Allah Mahatahu apa-apa yang akan terjadi di hadapan dan di belakang saya
dengan pertemuan tidak disengaja ini. Allah juga tahu isi hati saya yang pada saat
itu banting setir berniat ingin menikmati kehidupan pergaulan bebas di luar rumah.
Apakah Allah mempertemukan saya dengan Farid untuk dijadikan alat menguji
iman saya? Apakah memang jalannya saya bertemu Farid untuk mengadopsi nilainilai
pengetahuan multibudaya dalam lindungan Allah? Saya tidak tahu mana yang
duluan. Bahkan sebelum berkenalan dengannya, saya sudah dibekali pesan melalui
penglihatan spiritual dan mimpi. Dalam penglihatan spiritual ketika itu di hadapan
63
Kode “9” Di Balik Mimpi
saya terlihat wajah seseorang, yang ternyata setelah bertemu dengannya adalah
wajah Farid. Begitu pula pesan mimpi yang dikirimNya pada hari Jum’at dalam
rangka merespon sikap batin saya yang ketika itu ingin pergaulan bebas, dengan
ilustrasi mimpi sebagai berikut :
Pesan mimpi tanggal 25 – 04 – ’97 (“9”) :
“Saya berhubungan seksual dengan seseorang. Setelah selesai berhubungan,
muncul di hadapan saya seseorang yang wajahnya tampak hancur jelek sekali
dengan titik-titik darah di seluruh tubuhnya seperti koreng. Saya sangat terkejut dan
bertanya kepadanya :
Saya : ’Kenapa itu darah-darah?’
Dia : ’Oh ini penyakit Homogen ... (bla bla bla)’
Saya : ’Oh itu H.I.V.?’
Dia : ’Ya benar, Anda pun sekarang sudah kena karena Anda sudah
berhubungan dengan saya’. Ternyata orang jelek itu adalah orang yang
tadi berhubungan seksual dengan saya yang sudah berubah jelek.
Saya : ’Jadi, saya juga sudah kena?’
Dia : ’Ya, sudah!’.
Begitu mendengar ucapannya itu, saya teramat menyesal telah berhubungan
seksual dengannya. Ketika merasa sesal sedemikian rupa, hati berharap mudahmudahan
ini hanya di alam mimpi dan tidak terjadi dengan saya di alam nyata”.
Demikian ilustrasi mimpi dan ketika bangun tidur, sesal di hati yang saya
rasakan di alam mimpi, ternyata masih terasa di alam nyata. Saya melanjutkan
menangis tersedu-sedu dan merasakan sisa sesal di alam mimpi tersebut
sedemikian rupa yang memberikan efek jera sebelum saya melakukannya di alam
nyata. Makna mimpi tersebut adalah sebuah pengajaran sebagai bekal untuk saya
di kemudian hari, khususnya dalam bersahabat dengan Farid, yang akan penuh
dengan godaan duniawi, di saat hati sudah berniat ingin pergaulan bebas.
Dalam perkenalan pertama tanpa disengaja dengan Farid di Hotel Shangri-La,
kesamaan pekerjaan kami dalam bidang training membuat ia tertarik. Sambil
melihat-lihat brosur yang saya bawa, ia minta saya bersedia melihat brosur miliknya
yang ada di kamarnya. Niat saya yang bersih masuk ke kamarnya dibalasnya
dengan menggoda saya. Berulang kali saya peringatkan jangan menggoda saya dan
mana brosur yang ingin ia perlihatkan kepada saya, tidak juga digubrisnya.
Menghadapi laki-laki seperti ini – setelah menerima pesan mimpi itu, membuat saya
jadi marah, saya lari dan banting pintu.
Tahulah saya, kalau saja saya tidak dibekali dengan pesan mimpi itu, mungkin
saya bisa terjebak. Perempuan mana yang tidak tertarik dengan daya tariknya yang
64
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
menawan. Yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa pesan mimpi itu adalah
kekuatan yang bersumber dari Allah, yang mampu secara instan mengubah saya
menjadi strong woman menghadapi seorang laki-laki berjiwa “suka perempuan”
kaliber internasional.
Sikap saya yang marah lari dan banting pintu ternyata bukan membuat ia jadi
marah, tapi malah sebaliknya, ia menghubungi saya dan minta maaf atas
kelancangannya. Singkat cerita, ia meminta saya menjadi asisten pengajar ketika ia
memberikan pelatihan di Indonesia. Kedekatan hubungan bisnis membuat kami bisa
bersahabat, sampai saya menerima pesan mimpi lagi setelah puasa dan tahajud hari
Kamis malam Jum’at dengan ilustrasi sebagai berikut :
Pesan mimpi tanggal 26 – 06 – 1997 :
“Dihadapan saya, saya terbengong menyaksikan Farid berjalan terburu-buru
sambil memakai jubah hitam fokus ke satu acara yang ia harus lakoni. Dalam hati
saya heran dan berkata “Mengapa ia hanya lewat saja?”.
Saya katakan kepada Farid bahwa apa makna mimpi yang memperlihatkannya
memakai jubah hitam sedang fokus ke satu hal itu. Ketika saya katakan bahwa
maknanya mungkin ia orang hitam dalam menghadapi para perempuan, ia lalu
berterus terang sedang mengidap penyakit kanker prostat stadium tinggi dan sudah
divonis dokter hidupnya tidak bertahan lama. Saking takutnya, ia tidak katakan hal
ini kepada siapa pun, baru kepada saya dan satu orang temannya di Singapura.
Mengertilah saya makna mimpi ini. Secara fisik sebenarnya penyakit kanker
tersebut ibarat jubah hitam yang baru dikenakannya. Secara rohaniah, ibarat
memakai jubah hitam, begitulah perilakunya saat itu. Ibarat jubah hitam yang baru
dipakainya, begitu juga jubah hitam bisa dilepaskannya lagi. Artinya penyakit
kanker yang dideritanya sebenarnya harus disikapi dengan melepaskan perilaku
hitamnya. Ibarat lewat saja di hadapan saya, begitulah sisa hidupnya.
Kode “9” di balik pesan mimpi menyimpan makna bahwa pertemuan saya
dengan Farid memang kehendak Allah yang diperuntukkanNya bagi suatu kebaikan
untuk perubahan kebiasaan perilaku. Baik perilaku Farid dalam menghadapi para
perempuan di sisa hidupnya yang tidak lama, juga perilaku saya yang sudah berniat
ingin pergaulan bebas. Kode “9” di balik pesan mimpi ini, mengandung hikmah
yang menghasilkan buah bahwa menjadi asisten pengajar Multicultural Management
dan bersahabat dengannya adalah transformasi pengetahuan multi-budaya.
Saya menjadi pribadi yang menghargai nilai-nilai multibudaya yang diadopsi orang
lain di dunia, sebagai pengejawantahan konsep manusia total dalam pencapaian
aspek kehidupan bidang sosial budaya.
Kami bersahabat selama tujuh tahun. Dalam tahun-tahun tersebut banyak
pesan mimpi yang diberitakan kepada saya untuk perubahan perilakunya yang jadi
terus membaik menjelang akhir hidupnya. Begitulah akhirnya saya kehilangan
65
Kode “9” Di Balik Mimpi
sahabat Farid yang meninggal dunia sesuai kehendak Allah pada tanggal 23 – 08 –
2003 (“9”).
Kode “9” Di Balik Perubahan
Pada hari yang berkode “9” ini saya mendapat pesan perubahan karakter
melalui mimpi dengan ilustrasi sebagai berikut :
Pesan mimpi tanggal 14 – 12 – 1999 (“9”) :
“Saya mencoba lagu ’tahun baru’ di komputer berulang-ulang sampai saya
hafal dengan kata-kata dan nada lagunya seperti ini, ’Pergantian tahun ini,
pergantian tahunmu’”.
Demikian pesan mimpi melalui lagu yang saya nyanyikan dan tetap
menyanyikannya ketika bangun tidur. Karena lagunya langsung dimasukkan ke hati
saya melalui mimpi yang saya anggap sebagai caraNya yang luar biasa di alam
nyata, saya terpancing mencari nada di keyboard dan ternyata tepat saya
menemukan nada not angka lagunya sebagai berikut :
Per gan ti an ta hun i ni, per gan ti an ta hun mu.
1 1 6 6 6 7 i 5, 3 1 4 4 3 2 1
Pergantian tahun 1999 menjadi tahun 2000, tidak ada perubahan yang
signifikan. Setiap akhir tahun saya penasaran menunggu makna pergantian tahun
sambil dalam hati menyanyikan lagu ini. Apa makna pesan mimpi ini kemudian
seperti tidak ada yang berganti, akhirnya saya berhenti sendiri mencari makna di
balik pesan mimpi ini. Sedikit sedikit dan barulah ketika Roh Kudus datang Oktober
2005, saya menghadapi pergantian tahun yang signifikan ditandai dengan
perubahan karakter dalam diri saya, sebagaimana kisahnya dikemukakan dalam
Bab IX: Karunia Allah Melalui Firman Allah dan Bab X: Spiritual Membara Di
Balik Kode “9”.
Lucunya, pergantian tahun itu begitu semarak ditandai teman-teman Kristen
bahkan teman-teman lama Kristen yang sudah tidak bertemu ramai mengucapkan
“Selamat Natal 2005 & Tahun Baru 2006” melalui SMS yang baru pertama kali
saya terima. Seakan mereka tergetar dengan rasa “Yesus” tanda perubahan
karakter dalam diri saya saat itu.
Pergantian tahun 2005 memasuki 2006 barulah lagu itu saya kumandangkan
sendiri, “Pergantian tahun ini pergantian tahunmu.....”, dan mengerti lagi bahwa
kode “9” yang diiringi pesan mimpi ini bermakna “Yesus” mendapat karunia kuasa
dari Allah untuk bisa menyampaikan pesan melalui media apa saja, termasuk
melalui lagu yang disampaikanNya melalui mimpi. Lagu itu disampaikanNya seakan
untuk merayakan perubahan karakter saya. Dahsyat...!!!
66
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Kode “9” Di Balik Spiritual
Rabu tengah malam yang jatuh pada hari Kamis dinihari yang berkode “9”
saya dikirimNya pesan melalui mimpi dengan ilustrasi mimpi yang sangat terang
dan jelas sebagai berikut :
Pesan mimpi tanggal 14 – 11 – ’02 (“9”) :
“Sekeluarga pergi ke suatu tempat. Begitu tiba, saya melihat ke suatu ruang
seperti hendak seminar. Ada yang sedang membacakan nama-nama peserta yang
diundang. Surprise, nama saya terdengar “Fariani”, dipanggil sebagai yang
diundang. Langsung saya hampiri dan mendapatkan kursi dan duduk di depan
urutan baris ketiga atau keempat dan mendapat nomor 3940. Chika dan Ocha
mengikuti saya, sementara suami tidak masuk ke ruang itu. Nurani saya berkata,
’Suami tidak melihat ketika kami masuk ke ruang ini, akibatnya dia tidak duduk di
ruang ini. Bagaimana nanti kalau dia mencari-cari kami? Ya sudahlah, paling-paling
dia menunggu saja sampai kami keluar ruang itu, bisa lama atau bahkan sampai dia
jemu akhirnya dia pulang sendiri’. Ocha berpikirnya cepat, dia langsung menyimak
bahwa di sebelah atau di dekat para undangan tersedia kursi-kursi pendamping
undangan, dengan cepat dia duduk di kursi itu sebelum saya sadar bahwa di situ
tersedia kursi pendamping. Sedangkan Chika harus menunggu dulu apa yang harus
dilakukan kemudian. Ketika kami semua sudah duduk, para pembicara berseragam
ungu datang duduk di kursi-kursi pembicara. Ada sekitar lima atau enam pembicara.
Saya bertanya, “Apa yang akan dibicarakan?”. Si undangan lain menjawab
“Seperti promosi hendak membicarakan mengenai penerbangan garuda”.
Makna mimpi :
Penerbangan garuda bermakna penerbangan spiritual saya, yang ketika mimpi
akan terjadi di masa depan. Dan itu sedang jatuh tempo sekarang, yang menginformasikan
situasi keluarga dalam menyikapi cara tangkap saya dalam mengenal
“Yesus” di bidang spiritual. Situasi saya diundang, dipanggil dan mendapat tempat
dari “Yesus” tersebut ternyata tidak diduga-duga akan diikuti anak-anak yang kini
masih nampak seakan kritis menyikapi cara tangkap saya tersebut. Ocha, yang
tampak lebih kritis kini, justru nanti dia yang lebih cepat mengikuti saya. Dan Chika,
yang kurang kritis kini, justru agak lamban dalam memutuskan karena masih
menunggu, entah apa masih belum diketahui. Sementara suami, nampaknya tidak
bisa masuk ke ruang itu sampai dia pulang sendiri. Artinya sampai akhir hayatnya
dia bisa tidak dapat mengikuti cara tangkap saya dalam hal “Yesus”.
Begitulah makna mimpi yang tertangkap, yang disampaikan lima tahun lalu
sebagai informasi penting bagi saya untuk mengetahui situasi keluarga kecil dalam
menyikapi penerbangan spiritual saya saat ini. Makna kode “9” melalui pesan
67
Kode “9” Di Balik Mimpi
mimpi mengabari pencapaian aspek spiritual dalam keseimbangan Manusia Total.
Haleluya!
Baru saja selesai mentranster catatan mimpi ini ke naskah dan belum hilang
hal penerbangan spiritual ini dari kepala, tanpa saya berkata apa pun dengannya,
hikmat marifat supernatural rohaniwati Teresa – yang kisahnya dikemukakan mulai
Bab VIII, merespon isi hati saya melalui SMS sebagai berikut :
Pesan pukul 18:31:52 tanggal 04 – 06 – 2007 :
“Terbang ke: surga. Beli tiket: iman. Check in di ruang tunggu: doa, nantikan
dengan: sabar. Pesawat: juru selamat. Logo: Roh Kudus. Pilot: Yesus. Duduk di
kursi: kebenaran. Kenakan sabuk: keselamatan. Baca petunjuk: alkitab. Putuskan
hubungan telepon dengan: duniawi. Nikmati perjalanan dengan: suka cita. Bandara:
damai sejahtera”.
Dalam surat di bawah ini ada tertulis bahwa ternyata jubah yang dikenakan
“Yesus” menjelang disalibkan berwarna ungu. Terasa dikendalikanNya, surat ini
baru belakangan terbaca di Injil pada subuh hari berkode “9” yaitu tanggal 20–07–
2007 (“9”) :
Markus 15:17, 20a :
“Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah
mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Sesudah mengolokolokkan
Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan
mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya”.
Kode “9” Di Balik Perempuan Pilihan
Ketika aktifitas saya di partai politik banyak bersentuhan dengan kebiasaan
berpikir manusia politik Indonesia dalam proses interaksi antara manusia di
dalamnya, saya merasa perjuangan perempuan di lapangan partai politik banyak
yang berjuang karena dia perempuan yang terkesan ecek-ecek, bukan dia berjuang
karena dia adalah manusia. Hati rasanya belum sejalan dengan idealisme Total
Person Concept yang saya ingin perjuangkan, yaitu pengembangan karakter
manusia dalam mencapai keseimbangan hidup – sebagai instrumen Nation &
Character Building, sebagaimana dikemukakan dalam Bab VI: dengan tajuk “PPI
Di Balik Kode “9””.
Ketika saya sedang merenungkan kapan saya mendapatkan kesempatan dapat
memberikan kontribusi konsep ini kepada partai politik, tiba-tiba pesan mimpi di
bawah ini datang merespon jiwa saya dengan ilustrasi sebagai berikut :
68
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Pesan mimpi tanggal 30 – 07 – 2003 :
“Situasi sedang menyaksikan pemilihan perempuan. Pemilihan pemenang
perempuan pertama ada orang yang mendapatkannya. Kedua, ketiga, keempat
sampai dengan kedelapan juga ada orangnya. Dalam hati saya berkata, “Kok saya
tidak kebagian? Kok perempuan itu lagi, perempuan itu lagi?”. Perempuan itu
seperti merasa bangga. Tapi ada yang memberitahukan kepada saya, “Biar saja dia
dulu, nanti ini pemenangnya kamu”. Dengan bahasa tubuh orang itu jiwanya
seakan berkata, “Perempuan yang dapat sampai kedelapan itu hanya sebagai
tumbal saja. Itu semua hanyalah semata-mata untuk kamu”. Perempuan itu
akhirnya disuruh mengumumkan sesuatu yang membuat dia kaget, bahwa
“Perempuan Yang Dipilih” itu ternyata saya. Orang yang memberitahukan kepada
saya tadi itu tersenyum kepada saya karena dialah yang mengatur saya
pemenangnya. Setelah itu saya dapat hadiah seperti rekening yang diberikan oleh
seseorang. Dia tanda tangani rekening tersebut dalam jumlah uang tertentu yang
bisa diambil di suatu tempat setiap bulan. Saya terkejut, hati berkata, “Ha...? Saya
perempuan pilihan “9” “?”.
Lama tertangkap makna yang sesungguhnya dari ilustrasi perumpamaan yang
disampaikan melalui pesan mimpi ini. Namun saya tetap terus mengingat pesan “9”
nya dan merasa agak aneh ketika di lapangan dunia nyata ternyata saya mengalami
peristiwa-peristiwa yang selalu saja menyembunyikan angka “9” seakan sebagai
kode kebersambungan dengan Allah. Lucunya, angka “9” sering datang melalui
pergumulan hati terlebih dulu, sehingga saya dapat menangkap klik dan
mengingatnya dengan baik, sebagaimana peristiwa-peristiwa yang telah
dikemukakan dalam buku ini.
Belakangan, setelah mengalami karunia Roh Kebenaran yang fakta bicara
kebenaran dan pengalaman empiris dengan kode “9” ini, barulah saya mengerti makna
yang tertangkap dari pesan mimpi ini ternyata sangat dalam dan jangka panjang
yang tidak berani saya mendahuluiNya mengungkapkannya di sini. Biarlah menjadi
harapan positif untuk hati. Tapi makna lainnya adalah sebagai pengukuhan bahwa
dengan izin Allah Yang Maha Pengatur, saya dipilihNya dengan tanda “9” sebagai
salah satu kode kebersambungan denganNya. Luar biasa...!!! Memang dahsyat...!!!
Kode “9” Di Balik Kesehatan
Ketika tubuh saya kegemukan, saya diingatkan pesan melalui mimpi yang tidak
tercatat tepat tanggalnya dengan visualisasi ilustrasi mimpi sebagai berikut :
Pesan mimpi Februari 2001 :
“Di Sport Club saya menimbang badan dan terkejut melihat jarum timbangan
bergerak menunjukkan berat badan 67 kg padahal biasanya hanya 57 kg”.
69
Kode “9” Di Balik Mimpi
Bangun tidur langsung saya menanggapi pesan mimpi dengan menimbang
badan di Sport Club. Ternyata persis seperti dalam mimpi, jarum timbangan
bergerak menunjukkan angka 67 kg. Segera saya menangkap pesan itu dengan
berolah raga memperhatikan tubuh demi kesehatan. Ketika saya berniat fitness
rutin dan menjadi anggota di Sport Club, tiba-tiba saya bertemu anggota yang
berniat menjual keanggotaannya. Akhirnya saya membeli keanggotaannya sehingga
proses menjadi anggota Sport Club jadi lebih mudah dan murah pada saat harga
keanggotaan dan masuk fitness centre ketika itu naik. Belakangan baru sadar
kemudahan itu ternyata diiringi oleh nomor keanggotaan yang klik mengejutkan
yaitu 1089 (“9”).
Tanpa terpikirkan kode “9” sama sekali, Senin pagi 02 Mei 2005 saya coba
melengkapi naskah ini agar mempunyai data jelas dan lebih konkret dengan
menambahkan informasi kapan tepatnya mendaftar masuk keanggotaan Sport
Club. Saya telepon kantor Sport Club mohon informasi dari karyawati Ona yang
sedang bertugas yang menyebutkan tanggal bulan dan tahunnya. Tidak terpikirkan
sama sekali oleh saya angka-angka tersebut berjumlah “9”, sampai hati saya
kemudian terbersit jumlah “9” dan menuliskan data angka-angka di atas kertas.
Tanpa diduga saya mendapatkan jawaban yang jumlahnya “9”, karena ternyata
tanggal bulan dan tahun pendaftaran menjadi anggota Sport Club adalah pada
tanggal 03–03–2001 (“9”).
Ketika menulis naskah ini dengan semangat “9” karena baru saja mendapatkan
hitungan “9”, langsung saya tergerak mengambil hp dengan maksud melihat
pukul berapakah momen penting ini. Bagi saya informasi ini bukan hal remeh
temeh ketika melihat waktu di hp menunjukkan pukul 08.10 (“9”).
Makna kode “9” yang diiringi pesan mimpi ini adalah Allah mengabarkan saya
agar menjaga berat badan untuk menghindari kegemukan yang bisa berpengaruh
terhadap kesehatan. Pencapaian dalam bidang fisik dan kesehatan yang merupakan
salah satu area kehidupan yang penting untuk tetap terjaga keseimbangan hidup.
Hal ini sebagai tanda ridho Allah agar saya menjadi product of the product dalam
konsep manusia total yang saya perjuangkan itu.
Kode “9” Di Balik Rumah-tangga
Makna mimpi berkode “9” ini memberikan pesan efektif sehubungan dengan
hubungan suami istri dalam berumah tangga. Suami akan diampuni dosanya oleh
Allah, jika suami sudah dibukakan pintu maaf yang tulus dari istrinya. Pintu maaf
saya tumbuh untuk suami ketika Allah menaruh rasa kasih ke hati saya melalui
pesan mimpi dalam ilustrasi sebagai berikut :
70
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Pesan mimpi tanggal 27 – 06 – ’03 (“9”) :
“Saya dan Ocha duduk di dalam kursi bajaj yang sedang melaju kencang,
sementara badan suami tersangkut di luar pintu bajaj terseret-seret berusaha naik
ke dalam bajaj untuk meraih saya dan Ocha. Saya tidak sampai hati melihat dia
meringis kesakitan terseret-seret, terjedot-jedot dan terhantam-hantam batu,
lobang, becek, kotor dan debu di jalan yang dilalui bajaj itu. Melihat keadaan seperti
itu, saya menangis teriak-teriak kepada supir bajaj, “Bang stop bang, stop, baaang
stooop !”. Tapi supir bajaj tetap melaju. Saya tidak tega melihatnya dan betapa hati
menaruh kasihan sekali kepadanya. Akhirnya supir bajaj menghentikan jalannya,
dan suami menghampiri saya dan Ocha sambil tersenyum dengan badan sudah
bersih seperti habis bersih-bersih setelah kejadian tersebut dengan memakai baju
bermotif bunga-bunga berwarna merah”.
Demikian ilustrasi pesan mimpi. Ketika saya bangun tidur, langsung tertanam
rasa kasih. Saya menyapa suami dengan rasa kasih di saat dia terlihat tersiksa
karena memang sedang sakit, dan memang saya sedang mendiamkannya cukup
lama atas kelemahannya yang tak berkenan di hati saya ketika itu. Malam itu saya
diberikan Allah kesempatan untuk sholat tahajud. Saya menangis tersedu-sedu
mohon ampunan dan juga mohon Allah menghentikan siksa suami jika memang
dalam sakitnya atau dalam cara saya mendiamkannya itu membuat dia merasa
tersiksa atau lebih jauh lagi dalam dunia akhirat ibaratnya dia akan tersiksa seperti
itu karena dosanya. Kini saya sudah memaafkannya dan ampunilah dia, begitu
seruan saya kepada Allah. Setelah malam itu saya kemudian menyapanya,
keesokan paginya ternyata dia sudah sembuh. Benar saja, sehabis mandi pagi dan
dengan memakai baju bermotif bunga-bunga berwarna merah, dia menghampiri
saya dan Ocha sambil tersenyum. Ketika itulah saya tahu bahwa suami sudah
diampuni Allah ketika rasa kasih saya sudah memaafkannya dan memohon
ampunan Allah untuknya. Belakangan baru saya tahu ternyata kode “9” di balik
pesan mimpi ini pun bermakna demikian adanya.
Demikian pula sebaliknya seorang istri dalam berumah tangga. Istri akan
dibersihkan dan diampuni Allah jika dia patuh kepada suami dalam hal yang benar
dan melayani suami dalam hubungan sebagai suami istri sesuai kehendak Allah,
sebagaimana pesan yang disampaikan Allah kepada saya melalui penglihatan alam
gaib berikut ini.
Saya sudah merasakan nikmatnya berpuasa Senin Kamis. Pernah pada suatu
hari suami protes pada saat ia terhalang melakukan hubungan suami istri karena
saya sedang puasa. Protesnya adalah betapa suami pemimpin dalam rumah tangga,
bahkan untuk berpuasa Senin Kamis sebaiknya dijalankan setelah mendapatkan izin
dari suami terlebih dahulu. Ketika itu saya masih beranggapan sampai begitu besar
kekuasaan suami terhadap istri – seperti Tuhan kepada umatnya saja, sehingga
saya tidak “mendengarkan” perkataannya.
71
Kode “9” Di Balik Mimpi
Suatu hari Minggu tengah malam menjelang Senin subuh, suami minta
hubungan suami istri. Dalam hati saya berkata bahwa Senin itu saya mau puasa,
sementara hari sudah menjelang subuh - yang mana kebiasaan umat Islam harus
bersuci diri mandi besar dulu setelah berhubungan suami istri sebelum azan subuh
tiba, jika hendak berpuasa. Hari itu saya melakukan hubungan suami istri karena
Allah, di samping itu kalbu saya ingat Allah untuk berpuasa. Setelah berhubungan
suami istri, saya memikirkan hendak mandi suci untuk bisa berpuasa, tapi mata
saya berat untuk terbuka ketika azan subuh sudah terdengar. Dalam keadaan
seperti itu, tiba-tiba datanglah pesan melalui penglihatan alam gaib sebagai berikut :
Pesan alam gaib tanggal 21 – 03 – 2005 :
“Tiba-tiba dari atas datang helikopter dengan alat penjepit seperti penjepit alat
berat untuk angkut barang. Saya takut ketika seseorang akan mengangkat kepala
saya ke atas dengan penjepit itu. Jiwa saya bertanya mau diapakan saya dengan
alat penjepit itu. Saya merasa ngeri dan takut sakit ketika diperlihatkannya contoh
bahwa kepala saya akan dijepit untuk diangkat ke atas dengan helikopter tersebut.
Lalu ada suara yang saya dengar dalam keadaan sadar berkata, ’Tidak apa-apa,
pejamkan mata kamu’.
Dengan sadar saya pejamkan mata, lalu kepala saya dijepit dan diangkat ke
atas tidak terasa sakit. Setelah itu saya merasa melayang seperti keadaan orang
yang hilang sadar setelah dibius menjelang dioperasi. Di atas saya mengalami
proses pembersihan. Seluruh tubuh saya dibuka, dirombak, dibersihkan dan
dipasang-pasang kembali setiap persendiannya seperti boneka plastik, kemudian
dimasukkan ke lorong perbaikan seperti alat-alat ronsen di rumah sakit. Setelah
proses selesai, saya diturunkan kembali melalui helikopter dan bisa melalui pintu
helikopter mana saja yang saya mau. Ada banyak yang menyaksikan di atas dalam
perjalanan saya kembali turun itu. Segar sekali rasanya setelah dibersihkan itu dan
karena saya masih mau terus menikmati kesegarannya, saya terus pejamkan mata
takut rasa segar itu hilang. Lalu ada suara yang saya dengar dengan sadar berkata
lagi, ’Sekarang buka mata kamu. Bangunlah, kamu sudah bersih!’.
Saya dengar suara itu, tapi masih sayang juga rasanya untuk buka mata karena
masih ingin terus menikmati segar seperti itu. Kemudian, perlahan saya buka mata
sambil takut-takut hilang rasa segarnya. Begitu mata terbuka, ternyata segarnya
tidak hilang masih terasa sama segarnya. Kesegaran seperti itu tidak pernah saya
dapatkan dan rasakan seumur hidup. Azan subuh sudah berlalu, saya tidak sempat
mandi suci membersihkan tubuh, tapi sesuai suara gaib yang mengatakan,
“Bangunlah, kamu sudah bersih”. Maka tercetus saya berkata kepada suami di
sebelah, “Mas, Annie sudah bersih!”.
Demikian proses alam gaib itu terjadi. Di tempat tidur, subuh itu saya
merenung ketika melayani suami dengan kesadaran karena Allah, dan sedang
72
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
memikirkan mandi suci sebelum azan subuh karena niat puasa. Ternyata Allah
dapat membersihkannya lebih dari sekedar mandi suci secara fisik, sebagaimana
kebiasaan saya yang didapat dari “kata orang” jika hendak berpuasa selama ini.
Artinya, setelah berhubungan suami istri dengan ridho Allah tanpa mandi suci,
bukanlah penghalang untuk bisa berpuasa Artinya, Allah lebih mengutamakan
kebersihan hati dalam berhubungan Roh denganNya dari pada sekedar fisik yang
dianggap kotor setelah berhubungan suami istri. Artinya, dengan niat melayani
suami karena Allah adalah lebih bersih dari pada mandi secara fisik,
“Astafirullahalaziim, ampuni aku ya Allah, selama ini aku banyak salah kaprah”.
Dalam berumah tangga, ibu memegang peran terus-menerus dalam kehidupan.
Sekitar Maret 2004 tidak tercatat tepat tanggalnya, saya dikirim pesan melalui
mimpi untuk memperhatikan ibu yang sudah lanjut usia, demikianlah inti mimpi.
Tidak lama kemudian, ibu minta mengantarkannya berobat ke rumah sakit Carolus
di Salemba. Tentunya dengan penuh motivasi langsung saja saya mengantarkannya.
Lama sekali menunggu giliran ibu dipanggil sehingga nomor kartu antri pasien
menjadi perhatian dan membuat kami tergerak menanyakan nomor berapa ibu
dipanggil. Ibu tidak tahu saya berdetak klik ketika ibu memberikan Nomor Antri
Kartu Pasien 27 (“9”).
Saya baru sadar ternyata hari itu tanggal 29 Maret 2004, karena sewaktu saya
melihat angka yang tercetak di atas nomor antri kartu pasien tersebut adalah
tanggal bulan tahun yang dicetak dengan enam digit sebagaimana tercantum dalam
angka-angka 290304 (“9”).
Kejutan satu lagi ketika akhirnya ibu mendapat giliran konsultasi. Sambil
menuntun ibu ke ruang dokter internist yang sudah dua puluh lima tahun
berlangganan itu, ibu menunjukkan ruang tempat dokter tersebut berpraktek.
Ternyata Prof. Dr. Daldyono berpraktek di ruang “9”.
Di balik kode “9” yang diiringi pesan mimpi ini bermakna untuk memperhatikan
ibu yang sudah berusia lanjut. Pesan ini juga sebagai perbendaharaan peristiwa
yang berfungsi untuk pengulangan-pengulangan agar tercatat dengan baik dalam
memori bahwa ada Allah yang berkuasa mengatur dan yang selalu menguasai dan
menyertai saya. Kode “9” yang diiringi pesan mimpi bermakna Allah terus
mendukung agar saya terus termotivasi memaksimalisasi pencapaian dalam aspek
keluarga dan rumah tangga.
Kode “9” Di Balik Pendidikan
Awal 2004 tidak tercatat tepat tanggalnya, saya mendapat pesan mimpi yang
bermakna bahwa saya disarankan sekolah lagi. Ilustrasi mimpinya sebagai berikut :
73
Kode “9” Di Balik Mimpi
Pesan mimpi awal 2004 :
“Ada seseorang yang menyarankan saya untuk sekolah lagi. Ketika saya
bertanya ambil jurusan apa, lalu dijawab apa saja yang penting sarjana”.
Pendidikan formal terakhir saya saat itu adalah M.B.A. (Master of Business
Administration), program M.B.A. dari Pittsburg State University, U.S.A. bekerja
sama dengan Indonesian Institute of Management (IIM) yang sekarang bernama
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. Pendidikan formal sebelum M.B.A. adalah B.Sc.
(Bachelor of Science) jurusan Bahasa Inggris dari Akademi Bahasa Asing Indonesia.
Begitu menyelesaikan M.B.A. pada bulan Februari 1993, pemerintah membuat
peraturan bahwa gelar M.B.A. diganti menjadi gelar MM (Magister Manajemen)
yang merupakan gelar S2 (Master). Jadi, secara tertib administrasi, untuk
memperoleh gelar MM syaratnya harus dari S1 terlebih dulu barulah gelar MM
diakui. Padahal ketika saya mendaftar masuk sekolah M.B.A. pada tahun 1991,
pada umumnya syarat untuk masuk program M.B.A. bisa dari D3 disamping lulus
TOEFL (Test Of English as a Foreign Language) dan GMAT (General
Management Admisison Test).
Perpaduan gelar akademis yang saya peroleh menjadi tidak memenuhi tertib
administrasi versi pemerintah. Selama itu saya memang berpikir praktis dan
mengadopsi nilai bahwa ilmu pengetahuannya lebih penting dari pada tertib
administrasi pemerintah dan pengakuan sosial semacam itu.
Setelah pesan mimpi itu, saya jadi berpikir pragmatis. Barangkali untuk
keperluan tertentu ke depan dibutuhkan gelar sarjana sebagai syarat tertib
adminstratif dan itu mengapa ada pesan mimpi seperti itu sebagai informasi
penting. Karena percaya pesan mimpi ini dan percaya Allah Mahatahu, maka saya
menanggapi mimpi tersebut dengan tindakan konkret.
Setelah membicarakan hal ini kepada suami, suami memberikan masukan
Universitas Terbuka (UT) sebagai sekolah yang paling sesuai situasi kondisi dan
relevan. Selain Universitas Negeri diakui pemerintah, sistem belajarnya mandiri,
tidak buang sumber daya. Diputuskanlah UT sebagai pilihan dan mengambil
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan jurusan Program Studi Ilmu
Pemerintahan (I.P.).
Ketika acara Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) untuk masa Registrasi
2004.2, saya masih terharu betapa pesan Allah melalui mimpi begitu mempesona
dan ketika itu saya menjadi Perwakilan Mahasiswi di antara 1500 mahasiswa/i
terdaftar atau 800 mahasiswa/i yang hadir pada tahun 2004 semester dua itu.
Dalam sambutan acara tersebut, Bapak Drs. M. Dimyati Safari, MM sebagai
Kepala Unit Program Belajar Jarak Jauh – Universitas Terbuka (UPBJJ–UT),
mengatakan bahwa selama itu UT berkantor di gedung sebelah, tapi sekarang
sudah punya gedung sendiri dan kantor UPBJJ–UT ini diresmikan tanggal
24–06–2004 (“9”).
74
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Di acara OSMB tersebut ada kuis dengan pertanyaan : UT adalah Perguruan
Tinggi yang ke berapa dan dengan Keputusan Presiden RI nomor berapa. Untuk
mendapatkan hadiah kuis tersebut berlomba-lomba mahasiswa/i mencari informasi
dalam buku panduan Katalog Universitas Terbuka 2004 dan membacanya.
Ternyata Universitas Terbuka merupakan Perguruan Tinggi Negeri ke 45
(“9”).
Dan juga ternyata Perguruan Tinggi Universitas Terbuka diresmikan pada
tanggal 4 September 1984, dengan Keputusan Presiden RI Nomor 41 – 1984
(“9”).
Bagi anak muda tamatan SMA, UT mempunyai kesan seakan sekolah
buangan karena siapa saja bisa masuk tanpa test. Tapi tidak bagi orang yang
memang ingin belajar ilmunya, Universitas Terbuka adalah program belajar mandiri
yang membutuhkan motivasi dari dalam diri. Mahasiswa mahasiswinya datang dari
status ekonomi sosial A sampai C. Tidak berlebihan romantisme kalau saya
mengalami hampir semua modul pelajaran Ilmu Pemerintahan di Universitas
Terbuka berisikan “9” Modul.
Tahun ajaran 2006 setengah tahun pertama Semester IV, saya mengambil tiga
puluh Sistem Kredit Semester ( SKS ) dalam sepuluh mata pelajaran kuliah.
Setelah Daftar Nilai Ujian keluar, ada satu mata pelajaran “Etika Pemerintahan”,
berkode IPEM 4430 tidak tercetak, yang keluar kode IPEM 4431 “Organisasi &
Manajemen Pemerintahan” yang tidak ada nilai, sehingga satu mata pelajaran tidak
lulus untuk tiga SKS. Cukup lama saya minta tolong petugas sekretariat UT
menemukan nilai itu. Padahal sudah didukung data administrasi yang lengkap,
mereka masih belum ada perhatian menemukan nilai itu. Beberapa kali saya
telepon masih belum juga berhasil, sampai tahun 2007 bulan Februari tanggal 12
saya berniat menghubunginya kembali dengan emosi yang hampir terpancing sambil
melihat satu mata pelajaran yang tidak lulus itu. Tapi tiba-tiba saya “kembali
kepada Allah” menjadi sabar ketika terbaca klik kode “9” dalam Daftar Nilai
Ujian tertanggal 08 – 11 – 2006 (“9”).
Tidak jadi emosional, saya tanyakan apakah nilainya sudah keluar, petugas
memberikan kabar baik bahwa kesalahan sudah terlacak dan nilai sudah keluar.
Kesalahannya terletak pada lembaran ujian yang salah membulatkan tanda angka
yang seharusnya dibulatkan angka nol tapi yang dibulatkan angka satu. Dua hari
kemudian tanggal 14 Februari 2007, saya ambil Daftar Nilai Ujian dengan
kesepuluh mata pelajaran yang ada nilai dan lulus semester IV, ternyata Daftar
Nilai Ujian dengan perbaikan sudah terbuat tanggal 07 – 02 – 2007 (“9”).
Ketika hati lega semua pekerjaan sudah selesai, saya baca semua keterangan
dalam lembar Daftar Nilai Ujian dan terbaca bahwa batas akhir registrasi 2007
setengah tahun pertama adalah bulan Maret 2007, tanggal “9”.
75
Kode “9” Di Balik Mimpi
Dalam kesempatan itu juga saya mendaftarkan diri lagi untuk melanjutkan
semester VI. Sambil membaca keterangan dalam lembaran nilai, terbaca bahwa
hari pertama Ujian Akhir Semester VI ketika itu akan dilaksanakan pada tanggal
13 – 05 – 2007 (“9”).
Saya menjalani kuliah FISIP jurusan IP di UT dengan penuh motivasi. Belajar
mandiri tidak tergantung orang lain untuk mendorong belajar, dan penuh antusias
karena menerimanya sebagai ibadah kepada Allah. Di balik kode “9” yang diiringi
pesan mimpi ini saya menangkap ada kebersambungan dengan Allah. Allah
memotivasi saya memaksimalisasi pencapaian dalam bidang pendidikan sebagai
tanda restuNya konsep manusia total yang saya adopsi sebagai penyelarasan
hidup yang seimbang.

"9" Code, Angka Fenomenal Religius

BAB IV : KODE “9” DI BALIK RUMAH
Kode “9” Di Balik Kediaman

Sewaktu saya dan suami berada di kompleks perumahan di Medan yang terlihat
pas dengan keinginan hati, tercetuslah kata hati itu kepada suami. Bahwa saya
ingin tinggal di kediaman dengan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan anakanak
seperti yang tampak di sana. Pada tahun 1994, sewaktu pencarian rumah di
kantor pemasaran, semua rumah yang sedang dipasarkan ketika itu sudah terjual
dan hanya tinggal satu-satunya rumah yang belum terjual – seakan tidak terjual
sampai menunggu saya yang membeli. Saya membeli rumah yang akan dibangun
berdasarkan ukuran tanah dan nomor rumah yang sudah dipatok developer. Orang
marketing mengatakan selain letaknya strategis, nanti di seberang rumah ini akan
dibangun sekolah Al-Azhar, yang belakangan terbukti menyimpan kode “9”,
sebagaimana dikemukakan dalam Bab II: dengan tajuk Kode “9” Di Balik Suami &
Anak.
Setelah tersingkap tabir kode “9” pada tahun 2002 itu, saya merasa memang
rumah ini dipersiapkan Allah untuk saya. Betapa muatan kode “9” mengelilingi
rumah kami yang bernomor “9”.
Rumah kami sebesar kami mampu merawatnya dengan luas, panjang dan
lebar tidak keluar dari muatan “9”, yaitu :
• Luas tanah = 162 m2 (“9”)
• Panjang tanah = 18 m (“9”)
• Lebar tanah = “9” m.
Ketika sedang menulis buku ini bulan April 2005, saya tergerak memeriksa
surat-surat rumah jangan-jangan berbobot “9”. Sambil memeriksa dengan penuh
tanya saya hitung secara kuantitatif dan kumulatif, ternyata semua dokumen pun
menyembunyikan unsur “9”, sebagaimana berikut ini :
• Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Nomor 2962/503/R-E/DPUK (“9”).
• IMB tertanggal 26 – 05 – 1994 (“9”).
46
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
• Pembukuan Badan Pertanahan Nasional tertanggal 29 – 11 – 1994
(“9”).
• Penerbitan Sertifikat tertanggal 01 – 12 – 1994 (“9”).
• Surat Pesanan Rumah bulan Februari 1994, tanggal 27 (“9”).
Kode “9” di balik makna rumah kami barulah tertangkap belakangan. Ternyata
adalah cara Allah mengabari saya bahwa didengarNya hati saya dan digenapinya
keinginan hati saya saat di kompleks perumahan di Medan itu.
Kode “9” Di Balik Tetangga
Gambaran ditanamkan ke hati melalui pesan mimpi ketika tidur, bahwa ibu
kandung yang sudah tua meninggalkan kami anak-anaknya pada saat kami semua
sedang sibuk dengan kehidupan masing-masing. Ibu awalnya bermukim di rumah
kediaman berlokasi di Otista Jakarta Timur yang rawan banjir. Bagaimana
mengatasi hal tersebut demi keamanan ibu, ada baiknya ibu pindah rumah dekat
rumah anaknya agar ada yang memperhatikan. Tapi ibu bersedia pindah rumah
hanya kalau bersebelahan dengan rumah anaknya saja.
Dalam hati berharap alangkah indahnya kalau ibu bisa tinggal di sebelah rumah
saya, nomor 10. Dengan berjalannya waktu pemilik rumah sebelah, Ibu Sigit berniat
pindah dan menjual rumahnya, tapi keuangan saya saat itu belum siap sehingga
rumah terlanjur dibeli Ibu Nurhayati. Dengan berjalannya waktu pula kemudian Ibu
Nurhayati berniat menyewakan atau menjual rumahnya. Ketika itu, waktu yang
disediakan untuk keputusan pembelian rumah tersebut ditetapkan ibu Nurhayati
hanya satu hari itu saja sehingga tidak punya pilihan hari lain disebabkan keesokan
harinya orang Korea sudah siap untuk menyewa, yaitu tanggal “9”.
Singkat cerita rumah sebelah nomor 10 dibeli adik kandung saya Denny J.A.
untuk ibu dengan harga di atas pasaran karena punya nilai “bersebelahan” dengan
anak. Keputusan positif pembelian rumah dan transaksi uang tanda jadi dilakukan
pada hari yang ditetapkan Ibu Nurhayati yaitu Senin di saat jemaah haji sedang
puasa arafah di bulan haji sebelum lebaran kurban 1426 H, dimana jumlah tanggal,
bulan dan tahunnya klik kode “9”, yaitu tanggal 09 – 01 – 2006 (“9”).
Angka “9” saya singgung dalam pertemuan transaksi ini agar semua bisa jadi
saksi, dan ternyata pemilik rumah Ibu Nurhayati juga berasal dari keluarga yang
mempunyai saudara kandung “9”.
Ia adalah anak bungsu yang berarti merupakan anak ke “9”.
Kode “9” mengisyaratkan bahwa dengan kehendak Allah, Dia sudah
menentukan keinginan tersebut sebelum keinginan itu datang atau sebelum lidah
memanjatkan doa terhadap keinginan tersebut. Perkataan ini terbukti saya alami
dalam kisah di bawah ini :
47
Kode “9” Di Balik Rumah
Saya terbiasa mencatat dan menganalisa mimpi-mimpi yang dikirim Allah pada
saat tidur sejak tahun 1996. Pada bulan Mei 2006 saat sedang mencari satu
informasi di buku catatan mimpi, tanpa sengaja “Aha...!” terbaca catatan mimpi
tahun 2002 mengenai rumah sebelah nomor 10 dengan analisa mimpi ketika itu
adalah “tetangga rumah nomor 10 menjebol dinding pemisah”.
Perkataan yang diuraikan dalam ilustrasi mimpi, selain menggunakan bahasa
perumpamaan atau kiasan, juga berupa caption atau kata tangkap yang sangat
substantif sehingga tidak dimengerti orang lain. Maknanya tersembunyi di hati saya,
artinya informasi yang dikirim melalui mimpi sangat bersifat individual yang hanya
berkomunikasi dengan hati saya, sebagaimana ilustrasi mimpi berikut ini :
“Orang sebelah tetangga nomor 10 membuka penutup rumahnya. Hati berkata,
’Wah, pantas saja selama ini tertutup terlihat kurang bagus, ternyata dia sedang
membangun rumahnya’. Rumahnya jadi bagus, terasnya jadi luas dicat warna
cerah, interiornya bagus selera tinggi. Yang lebih surprise, dia jebol tembok
pemisah dan dia buat rumahnya seperti menyatu bahkan untuk datang ke meja
kerjanya di sana bisa melewati area sini, artinya kalau ada temannya datang dia
bisa lewat area sini menuju mejanya dalam rangka melayani temannya itu, meja
kerjanya bagus. Istrinya ternyata pintar juga mengatur meja suaminya. Lalu ibunya
baru datang dari pergi memarkirkan mobilnya. Kami berinteraksi. Dia ramah. Dia
baru taruh pajangan interiornya. Dia senyum. Dia bilang bahwa suaminya kasih
model seperti ini bersama-sama dia juga. Dalam hati, ’Wah dengan terbuka begini,
kalau sedang apa-apa dan kalau masing-masing ada tamu bisa saling kelihatan’. Di
sana ada tembok yang sedikit tertutupi untuk privacy”.
Demikian ilustrasi pesan mimpi. Ketika uraian “mimpi 2002” tidak sengaja
terbaca pada bulan Mei 2006, pesan tersebut ternyata menginformasikan kejadian
masa depan, yaitu saat terbaca kembali. Walau tahun 2002 sudah teranalisa inti
mimpi, tapi keadaan yang sebenarnya secara detail dan keseluruhan masih
menunggu waktu karena belum jatuh tempo, jadi masih belum dimengerti makna
konkretnya ketika itu.
Pada saat terbaca kembali, ternyata perkataan mimpi itu “hidup” sedang
menjelaskan kebenaran keadaan yang relevan ada saat itu. Begitu juga ketika
melanjutkan tulisan ini Februari 2007, “mimpi 2002” adalah kebenaran yang sedang
menceritakan keadaan rumah kami yang sudah bergabung. Meja bagus yang
dimaksud benar-benar ada baru diletakkan di ruang itu karena dipindahkan dari
rumah-kedua ibu akibat banjir. Begitu juga ibu baru meletakkan pajangan
interiornya kerumah-pertama ibu karena kebanjiran di rumah-kedua. Genaplah
sudah pesan mimpi 2002 ini pada tahun 2007 (“9”).
Yang ingin disampaikan di sini bahwa, ternyata pesan melalui mimpi mengenai
rumah sebelah yang benar-benar terjadi lengkap sampai jatuh tempo pada bulan
Februari 2007 itu, ternyata sudah dikirim melalui mimpi berkode “9” sejak lima
48
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
tahun lalu. Saya bermimpi ketika tidur hari Senin tanggal 11 November 2002 tengah
malam yang berarti jatuh pada hari Selasa tanggal 12 – 11 – 2002 (“9”).
Lucunya, belakangan baru tertangkap bahwa dari banyak kisah yang saya
alami, Allah sering memberikan contoh dalam tiga kali pengulangan kejadian,
sebagaimana ternyata rumah ini pun maunya selalu berpenghuni kode “9”
ditunjukkan dalam tiga kejadian ini. Pertama, sebagaimana dikemukakan di atas
bahwa pemilik rumah ini sebelumnya adalah Ibu Nurhayati yang bersaudara
kandung “9” dan merupakan anak ke “9”; kedua, setelah rumah ini dibeli, rumah
ini pun dihuni oleh ibu kandung dan adik kandung Diana. Sebagaimana telah
dikemukakan dalam Bab II bahwa, ibu kandung saya ternyata bersaudara kandung
“9” dan merupakan anak ke “9”; ketiga, belakangan baru sadar, lagi-lagi penghuni
berikutnya adalah adik kandung Diana yang bersaudara kandung “9” dan
merupakan anak ke “9”.
Saya pun teringat mimpi saya belasan tahun lalu, sebagai penguat “daya
percaya” kisah ini kemudian, bahwa kepindahan ibu dan Diana adalah benar-benar
sudah ada yang mengaturnya. Mimpi tidak sempat dicatat karena saat itu saya
belum percaya mimpi, tapi sampai sekarang mimpi tersebut tetap jelas dan tidak
pernah hilang dari ingatan dengan ilustrasi mimpi sebagai berikut :
Pesan mimpi :
“Saya menyambut tangan ibu dan Diana datang dari balik tembok dan
membimbing mereka menyeberang kali dan melompat dari satu tempat ke tempat
saya”.
Pesan mimpi ini mempunyai makna ganda secara rohaniah dan fisik. Secara
fisik ternyata adalah kepindahan ibu dan Diana dari rumah Otista ke sebelah rumah
saya yang kini telah menjadi satu. Ketika itulah unsur “9” ini berfungsi sebagai
kode pemberitahuan dari Allah bahwa tidak ada yang kebetulan dengan angka “9”
ini, melainkan diaturNya.
Kode “9” Di Balik Mushollah
Setelah dinding pagar pemisah dua rumah nomor 9 dan 10 dijebol dan ada pintu
penghubung di dalam yang membuat rumah kami terkesan menyatu, dirasa perlu
ada mushollah untuk kegiatan ritual spiritual bersama. Saya mendisain ruang
mushollah dengan konstruksi atap dan plafon terbuat dari besi warna hijau tua yang
pekerjaannya diserahkan kepada Pak Cecep dari Las Motecar. Warna hijau tua
yang akhirnya didapat adalah hasil dari pencarian ke sana kemari yang meminta
perhatian ekstra.
Terjadi tiga kali pengulangan barang-barang hilang. Hilang pertama. Setelah
konstruksi dipasang, sisa cat hijau merek Cap Kuda Terbang nomor 65 berikut kuas
49
Kode “9” Di Balik Rumah
sengaja ditinggalkan Pak Cecep di rumah untuk keperluan lain. Ketika diperlukan
pengecatan lis agar warna harmonis dengan atap, kaleng cat hijau dan kuas
menghilang. Saya heran bisa hilang tanpa jejak siapa yang mencuri, padahal ketika
itu orang lain di rumah hanya pembantu baru dan tukang bangunan. Saya percaya
tukang bangunan, maka ada tanda tanya dan perkara di hati terhadap pembantu
baru.
Sebagai pengganti, saya minta tolong sepupu Apik membelikan cat hijau
dengan merek dan nomor yang sama. Setelah penat mencari ke sana kemari
dengan situasi kondisi yang melibatkan emosinya, Apik tidak menemukan cat yang
dicari. Untuk kedua kalinya setelah tahu tempat jual cat itu, barulah dia temukan.
Apik mengatakan ternyata cat nomor 65 ini sebenarnya bernomor 965 hanya “9”
nya memang tersembunyi tidak pernah disebut orang namun pelanggan semua tahu
bahwa semua warna cat dari produk merek Cap Kuda Terbang di depannya
bernomor “9”.
Karena pencarian cat ini melibatkan emosinya, maka angka “9” yang
tersembunyi di balik cat ini sempat mencuri perhatiannya yang selama ini
menganggap angka “9” yang terjadi pada saya hanya faktor kebetulan. Saya
mengatakan saatnya dia “heran” karena selama ini hanya mendengar ceritanya
saja, namun sekarang dia sebagai saksi dan berinteraksi sendiri dengan angka “9”
yang terjadi pada saya.
Sebagaimana kode “9” yang tersembunyi di balik cat merek Cap Kuda
Terbang, begitu pula kode “9” tersembunyi di balik peristiwa yang saya alami.
Siapa yang mencuri ternyata menimbulkan perkara kecil di hati, namun dengan klik
kode “9”, saya lenyapkan perkaranya di hati dan menyerahkannya kepada Allah.
Kode “9” di balik cat tersebut menyiratkan Allah menyertai sehingga saya ingat
kehadiran Allah. Harga cat tak bernilai, tapi harga hati tak ternilai.
Hilang kedua. Memang aneh setelah pembantu baru bekerja di rumah, tibatiba
banyak barang hilang. Beberapa hari kemudian hilang lagi satu kaleng cat
warna emas, tapi begitu teringat kode “9” dari cat sebelumnya, saya coba buang
lagi perkara itu dari hati.
Hilang ketiga. Ada satu buku yang terlihat lowong terambil dari rak buku dan
ternyata hilang lagi Al’Quran ukuran besar warna emas kesayangan saya yang
diletakkan tegak di antara buku-buku lain.
Pembantu memang banyak temannya di sekitar kompleks rumah, gerakgeriknya
terlihat repot mencurigakan, kadang keluar dan masuk lagi sambil
membawa barang untuk disimpan di rumah, seperti barang hasil curian dari rumah
majikan tempat temannya itu bekerja. Saudara-saudara saya tidak simpati melihat
wajahnya yang kata mereka tidak baik, tapi saya tetap tak terpengaruh karena
masih menginginkannya bekerja di rumah. Suatu waktu datang juga rasa curiga dan
saya mulai menyelidikinya.
50
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Suatu malam ketika sedang bicara dengan ketua RT Pak Hady Evianto di
pagar rumah, terdengar teriakan ketakutan Chika. Setelah selesai bicara dengan
Pak Hadi saya langsung menuju kamar menemui Chika. Ia katakan tadi tiba-tiba
ada anjing jalan-jalan dalam rumah. Saya katakan bahwa dari tadi bicara dengan
Pak Hadi di pintu pagar, tidak ada anjing masuk dan keluar dari pintu pagar. Saya
langsung masuk rumah dari pintu depan menuju kamar sementara pintu lain sudah
tertutup jelas sekali tidak ada anjing masuk rumah ini. Saya anggap hal ini adalah
penglihatan nyata spiritual Chika sebagai simbol yang menyiratkan bahwa rumah
kami sedang kemasukan anjing, artinya rumah sedang kemasukan mahluk yang
bersifat seperti hewan itu. Apakah pembantu baru itu bersifat ibarat hewan itu?
Bekerja sambil ambil apa saja walau kepunyaan orang lain? Kecurigaan kepada
pembantu jadi bertambah.
Setelah gajian pembantu mengemas barang-barangnya minta pulang baik-baik.
Ketika ia izin keluar sebelum membawa semua barangnya, saya periksa kopernya.
Ada barang dan buku sholat lengkap milik saya dia selipkan di antara lipatan baju di
kopernya. Setelah keluar, ia tidak datang lagi tapi menitipkan anaknya untuk
mengambil barangnya.
Sebelum kopernya diambil, saya lihat di kamarnya ada buku Al’Quran butut
miliknya tidak dimasukkan dalam koper, tapi ditinggal di rak kamar. Logika saya
berpikir dia tinggalkan buku butut karena sudah punya buku Al’Quran baru warna
emas milik saya. Hati mengiyakan sifatnya ibarat hewan itu dan saya tidak terima
caranya. Barulah emosi terpancing dan saya datang ke tempatnya, ternyata dia
sudah pulang kampung. Saya usut anaknya dan berpesan bahwa bagaimana ibunya
bisa membaca Al Qur’an hasil curian?
Dari awal pembuatan mushollah, saya diuji dalam rangka Allah berkehendak
memberi pengajaran tambahan mengenai kode “9” yang tersembunyi di balik cat
merek Cap Kuda Terbang nomor “9” 65. Allah menguji melalui pembantu rumah
tangga yang menimbulkan rentetan perkara kecil sehari-hari tapi sanggup
mengkontaminasi hati.
Apakah saya menangkap kode yang tersembunyi dalam angka “9” yang berisi
pengajaran agar selalu ingat kehadiran Allah? Saya selesaikan perkara kecil ini
dengan mendapatkan pengajaran bahwa harga barang yang hilang tidak bernilai,
tapi Allah sedang menguji saya untuk memberi pengajaran adalah karunia yang tak
ternilai.
Benar kata rohaniwati Teresa, berbeda dengan sekolah di mana pengajaran
dari guru harus bisa masuk dulu ke pikiran baru lulus diuji, tapi dalam kehidupan
kita harus lulus diuji dulu baru pengajaran dari Allah bisa masuk ke hati. Banyak di
antara kita yang tidak lulus diuji dalam perkara kecil, sehingga banyak pengajaran
besar yang tersembunyi di balik perkara kecil itu tidak bisa masuk ke pikiran dan
hati.
51
Kode “9” Di Balik Rumah
Sebagaimana keberadaan kode “9” di balik cat merek Cap Kuda Terbang
yang tersembunyi, begitu pula makna kode “9” yang keberadaannya selalu
tersembunyi.
Kode “9” Di Balik Perabotan
Hampir dua puluh tahun berumah tangga saat itu, keperluan perabotan di
rumah tidak menjadikan saya prioritas untuk mengadakannya kecuali benar-benar
sesuai kebutuhan. Saya juga heran, saya tidak membelanjakan uang khusus untuk
perabotan ketika pindah rumah, termasuk perabotan di ruang tamu dan dapur. Saya
pernah ingin membeli perabotan yang serius sesuai selera tapi selalu saja tidak
terjadi karena saya menunda-nunda dan mengendalikan keinginan itu. Sekarang
saya menilai sikap saya dulu itu termasuk yang “sabar”.
Mendiang mertua di Bandung banyak meninggalkan perabotan antik dari kayu
jati yang masih bagus kalau dipolitur lagi. Berhubung di antara kakak beradik tidak
berminat, saya dan suami memilih perabotan yang diperlukan untuk diperbaiki dan
dipolitur lagi. Setelah pekerjaan politur selesai dikerjakan Indun – tukang sejak kecil
bekerja dalam keluarga, perabotan itu dibawanya dengan truk dari Bandung ke
rumah bulan Ramadhan Oktober 2006. Ketika perabotan tiba, ternyata masih ada
barang yang perlu dipolitur kembali.
Politur Mowilex yang dipakai Indun ternyata sulit ditemukan di toko sekitar
rumah. Juga di beberapa toko langganan sampai toko terlengkap Depo Bangunan
tidak ditemukan. Saya telepon toko ke sana kemari hingga merepotkan, minta
kesabaran ini dan akhirnya kode nomor Mowilex ditemukan. Puas menemukan
barang yang dicari dan sambil memperhatikan fisik kaleng politur menunggu
kembalian pembayaran di kasir, tidak sengaja saya hitung jumlah angka kode warna
politur yang ternyata klik menyembunyikan kode “9”, karena politur tersebut
bermerek dan bernomor Mowilex 504 (“9”).
Lucunya, dan Indun juga heran mengapa perabotan dari mertua yang ditata di
ruang tamu dan dapur bisa tepat antara ukuran perabot dengan ruangannya, seakan
perabotan itu hasil pesanan, bukan dari yang sudah ada. Ketika memilih perabotan,
saya ambil yang perlu saja dan menuruti kata hati. Saya puas dengan perabotan itu
karena sesuai selera. Sambil merenung saya bersyukur ternyata kode “9” di balik
perabotan memaknai bahwa untuk semua ada waktunya dan sifat sabar mutlak
tidak pernah sia-sia bahkan berbuah manis.

"9" Code, Angka Fenomenal Religius

BAB III : KODE “9” DI BALIK PERISTIWA
Allah bekerja di dalam diri manusia melalui peristiwa

Sejak tahun 2002 yang menyadarkan bahwa angka “9” ternyata sebagai jalur
peristiwa dalam kehidupan saya selama ini, banyak peristiwa sehari-hari yang
berhubungan dengan angka “9” yang cukup mengherankan dan mencengangkan.
Biasanya jika kode “9” ini datang dalam satu peristiwa yang terjadi dengan saya,
situasi dan kondisi menjadi sedemikian rupa meminta perhatian atau perjuangan
mental tertentu atau penekanan sana sini atau hentakan-hentakan yang melibatkan
pergumulan emosional, sampai ada klik yang menyadarkan ada kode kebersambungan
dengan Allah di balik angka “9” tersebut.
Pada awalnya saya terheran-heran dengan peristiwa yang selalu saja klik
dengan angka “9” dan menganggapnya hanya faktor kebetulan sehingga banyak
data tak tercatatkan. Namun, karena angka “9” ini ternyata terjadi berulang-ulang,
sehingga kini kode “9” sudah menjadi hal biasa sebagai alat komunikatif dari Allah
Yang Maha Esa yang berisikan pengajaran.
Kiranya pula tidak kebetulan jika angka “9” adalah suatu kode sebagai alat
komunikasi dari Allah langsung sebagai tanda kehadiranNya yang bermakna Allah
menyertai saya. Dalam hal ini khusus untuk saya melalui peristiwa sehari-hari yang
saya alami secara individu, unik dan lucu yang jauh dari kesan “seram”,
sebagaimana rentetan peristiwa sehari-hari di bawah ini.
Kode “9” ini juga banyak yang datang disertai pesan-pesan melalui mimpi
sebagai peneguhan daya percaya, bahkan melalui hikmat roh rohaniwati,
penglihatan dan bahkan Firman Allah sebagaimana dikemukakan dalam bab-bab
kemudian.
Kode “9” Di Balik MLM
Oktober 2002 saya bergabung dengan bisnis MLM (Multi Level Marketing)
Sophie Martin Network. Bisnis ini membangun jaringan dengan merekrut member
14
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
di bawahnya (down-line) sebagai konsumer produk dan pengembangan bisnis.
Level keanggotaan meningkat sesuai pembelanjaan member dan jaringan member.
Di luar dugaan, ketika Bonus Statement dikirim bulan Desember 2002, level
keanggotan tiba-tiba meningkat dari Level Presiden ke Level Franchise, padahal
saya merasa belum mencapai jumlah pembelanjaan tertentu yang merupakan
syarat kenaikan level. Ketika terlihat di Bonus Statement, ternyata member di atas
(up-line) yaitu Ibu Eti sengaja membelanjakan barang atas nama saya agar level
keanggotaan saya meningkat. Yang membuat terpesona adalah pembelanjaan yang
menyebabkan kenaikan level keanggotaan tepat sudah merekrut “9”
member.
Karena selalu diikuti pesan mimpi terhadap bisnis ini – yang tidak untuk
dibahas di sini, maka saya antusias menjalaninya. Situasi dan kondisi membuat saya
tidak melanjutkan bisnis ini lagi. Ternyata, bukan sukses atau gagalnya dalam bisnis
ini, tapi Allah sedang bekerja melalui peristiwa di balik kode “9” ini yang
menyiratkan bahwa Allah mentransfer pengertian kode “9” dan menambah
pembendaharaan peristiwa dalam kisah kode “9” untuk meningkatkan rasa percaya
pada saat saya masih berada dalam tingkat bertanya-tanya dan terheran-heran
sendiri.
Kode “9” Di Balik Bela Negara
Sebagaimana dikemukakan dalam Bab VI, saat saya aktif di Partai Keadilan
dan Persatuan Indonesia (PPKI). Saya diinformasikan menjadi peserta penataran
yang diutus PKPI. Awalnya saya agak menolak, karena melihat peserta lain dari
PKPI yang diikutsertakan merupakan anggota baru yang saya anggap tidak level.
Ketika rasa meninggikan diri sendiri keluar seperti itu, saya dikirimNya pesan
mimpi dengan visualisasi ilustrasi mimpi memperlihatkan bagaimana saya meninggininggikan
diri itu tidak pantas, tidak pada tempatnya, tidak terpuji, memalukan dan
sia-sia di hadapan seorang anggota baru bernama Irma Waroka. Baru saya tahu
setelah pesan mimpi itu, ternyata ia adalah salah satu peserta penataran utusan
PKPI yang turut diutus. Makna pesan mimpi tersebut langsung saya tangkap saat
itu, sehingga mengubah sikap terhadap orang-orang baru partai khususnya terhadap
Irma Waroka. Ia saya telepon namun berhalangan ikut penataran, sementara saya
menganggap pesan ini penting sehingga menerima untuk ikut penataran.
Ternyata penataran tersebut adalah Penataran Tenaga Inti Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara (Targati PPBN) bagi Partai Politik Tingkat Pusat
Angkatan VII Tahun Ajaran 2003. Penyelenggaranya adalah Direktorat Jenderal
Potensi Pertahanan, Departemen Pertahanan Republik Indonesia, dengan tema :
Peranan Parpol dalam rangka Bela Negara Guna Mencegah Disintegarasi Bangsa.
Penataran itu dilangsungkan di kantor Departemen Pertahanan, Jalan Tanah
15
Kode “9” Di Balik Peristiwa
Abang, Jakarta Pusat, selama tujuh hari yang berakhir tanggal 24 Juni 2003 dan
dimulai tanggal 18 (“9”).
Acara seremonial pembukaan dan penutupan secara resmi dilakukan oleh
penanggung jawab penyelenggara yaitu Brigadir Jenderal TNI Mochamad Ibnu
Hadjar. Ia menjabat Direktur PKBN, Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan,
Departemen Pertahanan RI. Barangkali karena antusiasme saya terbaca oleh
panitia, maka mereka menunjuk saya secara simbolik mewakili para peserta yang
berjumlah 71 orang dari 18 (“9”) Parpol.
Kedelapan belas parpol yang saat itu masih belum diverifikasi oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) sebelum Pemilu 2004 terdiri dari: 1) Partai Amanat
Nasional, 2) Partai Amanat Pejuang Reformasi Indonesia (PAPRI), 3) PARRA, 4)
Partai Gotong Royong, 5) Partai IPKI, 6) Partai IWAPI, 7) Partai Karya Peduli
Bangsa (PKPB), 8) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PPKI), 9) Partai
Kebangkitan Umat (PKU), 10) Partai Kristen Nasional Demokrat Indonesia
(KRISNA), 11) Partai Mencerdaskan Bangsa (PMB), 12) Partai MKGR, 13)
Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, 14) Partai Persahabatan Antar Bangsa
(PPAB), 15) Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK), 16) Partai
Persatuan Indonesia (PPI), 17) Partai Sarikat Indonesia (PSI), 18) Partai Umat
Islam Indonesia (PUII).
Makna ganda di balik kode “9” yang diiringi pesan mimpi adalah Allah selalu
menyertai dan menghendaki saya penuh motivasi dan antusias menyerap pelajaran
Bela Negara. Hal ini agar lebih terbangun rasa nasionalisme cinta tanah air dan
membela negara Indonesia. Ternyata penataran itu sangat bermanfaat dan
sepantasnyalah diikuti oleh kader-kader partai politik lainnya – yang memang
banyak tidak termotivasi merespon penataran seperti ini. Bahkan untuk belajar saja
harus diumpan amplop berisi uang.
Dalam kelas tersebut, saya terpilih menjadi ketua kelompok untuk memberikan
umpan-balik dan saran. Saat itu saya tawarkan program Total Person Concept,
Nation & Character Building, suatu Gerakan Manusia Total. Begitu pula
kemudian terbentuk Forum Komunikasi Parpol Bela Negara (FKPBN), saya
menjadi Sekretaris Jendral. Namun sayang sekali catatan-catatan lain yang
bermuatan angka “9” dalam kegiatan ini belum saya temukan padahal kegiatankegiatan
tersebut banyak mengandung kode “9”.
Bersamaan dengan waktu itu, rekan saya Irma Waroka meninggal dunia.
Ketika itulah kode “9” yang diiringi pesan mimpi menyampaikan makna berikutnya
bahwa sifat meninggikan diri kepada Irma Waroka – dalam hal ini juga termasuk
kepada orang lain, adalah asli mutlak sia-sia belaka. Sifat meninggikan diri akan
menghalangi buah hikmah yang akan masuk sebagai berkah. Luar biasa…!!!
Sifat meninggikan diri yang tertangkap dalam diri sendiri di balik kode “9” yang
dikukuhkanNya melalui pesan mimpi saat itu, dengan berjalannya waktu kemudian
16
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
sifat itu tertangkap pula dalam diri orang lain di balik kode “9” dan dikukuhkanNya
melalui Firman Allah, sebagaimana dikemukakan dalam Bab XI dengan tajuk “Kata
Pengantar Di Balik Kode “9””. Ketika itu pulalah saya dapat memaklumi dan
menanggapi rasa meninggikan diri orang lain terhadap saya dengan penuh
pengertian.
Kode “9” Di Balik Moderator
Ibu Utari yang saat itu menjabat sebagai ketua Koalisi Perempuan Indonesia
(KPI) – cabang Bekasi, mempercayakan saya untuk menjadi moderator dalam
acara perempuan menjelang Pemilu Legislatif 2004 di kota Bekasi.
Masih terbayang di pelupuk mata tidak bisa terlupakan bahwa saya menyesal
dengan penampilan saya sebagai moderator saat itu. Entah mengapa, ketidakpuasan
saya terhadap karakter perempuan Indonesia di partai politik yang saya
hadapi selama itu, seakan terlampiaskan sudah di acara tersebut. Sehingga
keberanian mengkritik – yang sekarang saya anggap kurang terkontrol itu, banyak
menyinggung dan mengagetkan para hadirin.
Belakangan baru saya sadar ternyata angka “9” berkode bahwa saat itu saya
sudah tergolong orang yang tidak menyerahkan segala sesuatu kepada Allah ketika
menerima kenyataan di hadapan saya tidak sesuai harapan. Kejadian ini membuat
saya terus mengenangnya sebagai pembelajaran untuk bisa mengendalikan
ketidak-puasan terhadap kenyataan yang sedang dihadapi dalam hal apapun –
khususnya ketika di depan publik, ketika mengingat hari itu ternyata tanggal 27 –
03 – 2004 (“9”).
Kode “9” Di Balik Mobil
Ketika itu profesi suami adalah Engineering Consultant dengan latar
belakang pendidikan Tehnik Lingkungan dari Institut Tehnologi Bandung (ITB).
Periode Februari sampai Agustus 2004, suami menangani proyek West Java
Environmental Management Project (WJEMP) sebagai Team Leader dari PT.
Mitra Lestari Duta dengan daerah Bekasi di pilih sebagai kantor proyek. Selain
mendapatkan uang operasional kendaraan sebesar Rp. 3 juta, ketika itu suami juga
mendapatkan gaji pokok Rp. “9” juta.
Kami berpikir, dari pada uang operasional kendaraan dipakai untuk menyewa
mobil lain, ada baiknya mobil pribadi saja yang disewa kantor untuk dipakai sendiri.
Kami berniat mengganti mobil dengan menjual yang lama dan membeli mobil
second jenis lain. Mobil lama sudah terjual, namun mobil pengganti belum juga
bertemu. Sambil menunggu mobil baru second, terpaksa menyewa mobil kijang.
Ketika mobil Kijang sewaan tersebut sedang diparkir di luar rumah pada saat saya
lari pagi keliling kompleks rumah, tidak sengaja mata melihat ke nomor plat mobil
17
Kode “9” Di Balik Peristiwa
sambil menghitung jumlah nomornya dan tidak salah lagi ternyata mobil kijang
sewaan bernomor plat B 2421 (“9”).
Saya ceritakan kode “9” ini kepada keluarga ketika sedang makan pagi
bersama, walau tahu akan ditertawakan seperti biasa. Ketika cerita bahwa tahun
2004 ini papa sedang dikelilingi unsur 9 – baik kelahiran, gaji mau pun mobil,
mereka tertawa berkelakar, “Jangan-jangan supir Ridwan juga tanggal kelahirannya
mengandung “9” ?” Diam-diam hal ini jadi “PR” untuk segera tanya Ridwan.
Ketika ada kesempatan pergi bersama, saya tanya tanggal kelahirannya. Dengan
gayanya yang lupa-lupa ingat dia coba mengingat tanggal kelahirannya sementara
saya berdebar-debar menanti jawabannya. Dengan yakin akhirnya dia sebut
tanggal kelahiran yang segera saya catat dan hitung. Anak-anak dan suami menjadi
saksi walau mereka tidak mencatat dan tidak berdetak hatinya seperti saya. Pagi
tahun 2004 itu suami berangkat ke kantor dengan dikelilingi angka “9” mulai dari
jumlah kuantitatif kelahiran, gaji, nomor plat mobil sampai supir. Karena kelahiran
supir Ridwan tertanggal 04 – 07 – 1978 (“9”).
Saya hubungi penjual mobil setelah melihat iklan jual mobil di koran. Janji
pertemuan dengan penjual untuk melihat kondisi fisik mobil dan untuk penawaran
harga dibuat pada saat hari libur nasional hari Jum’at bulan April 2004 di halaman
Pizza Hut Jalan M.T. Haryono, Jakarta. Saya langsung tertarik dan jatuh cinta
pada mobilnya dan begitu mudahnya menawar harga dengan penjual sehingga
langsung tercapai kesepakatan harga. Belakangan setelah kejadian berikutnya
mengenai mobil ini mengandung kode “9”, barulah saya telusuri kembali kapan
tepatnya penawaran pertama dulu itu dilakukan, jangan-jangan mengandung kode
“9” pula. Ternyata benar saja, kesepakatan pertama di hari libur itu adalah hari
Wafat Isa Almasih pada bulan April 2004, tanggal “9”.
Saya membeli mobil tersebut dengan cara mencicil di Bank Niaga. Usaha
untuk mendapatkan mobil mendapat masalah karena penjual ternyata masih
mencicil mobil tersebut di Bank HSBC. Akibatnya, Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB) masih sebagai jaminan penjual di bank HSBC padahal buku
tersebut merupakan satu syarat yang harus dipegang oleh Bank Niaga sebagai
pemberi kredit bagi pembeli.
Pengajuan kredit pertama tidak diluluskan oleh Bank Niaga Kali Malang
karena pegawai bank terlalu kaku dengan aturan BPKB. Pengajuan kredit
kedua juga tidak diluluskan oleh Bank Niaga Sudirman karena pegawai bank juga
kaku dengan aturan cicilan per bulan. Pengajuan kredit ketiga dilakukan di Bank
Niaga Supomo dengan lebih hati-hati dan dengan penjelasan masalah. Berulang kali
saya tanya kondisi pengajuan kredit tapi tidak ada jawaban hingga saya pasrah
menyerahkan urusan ini kepada Allah dan dalam hati berdoa yakin kalau memang
sudah rejeki dari Allah, mobil itu tidak akan terjual kepada orang lain. Tiba-tiba kali
ini Bank Niaga yang proaktif menghubungi bahwa pengajuan kredit diterima.
18
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Herannya mengapa seakan menunggu jumlah kuantitaif “9” barulah penerimaan
pengajuan kredit Bank Niaga diumumkan, yaitu tanggal 27 (“9”), tepatnya
pada 27 – 05 – ’04 (‘9").
Berita diterimanya pengajuan kredit dari Bank Niaga ini disampaikan kepada
penjual. Setelah penjual yakin bahwa pembeli akan ada dana dari Bank Niaga,
dibuatlah strategi bagaimana mengkondisikan supaya BPKB ada di tangan pembeli
di saat penyerahan dana cash dari Bank Niaga dilakukan, karena Bank Niaga akan
mengeluarkan dana hanya jika ada BPKB. Penjual segera meminjam BPKB dari
HSBC yang terpaksa dilakukan dengan alasan balik nama dari nama pemilik
terdahulu ke nama penjual sekarang Ibu Linda Olga Gracelangi atas kesepakatan
biaya ditanggung bersama. Setelah ada pengaturan pertemuan tiga pihak yaitu
pembeli, penjual dan Bank Niaga, dibuatlah kesepakatan pembayaran di kantor
HSBC. BPKB di tangan yang sudah atas nama penjual dan yang sudah waktunya
dikembalikan oleh penjual ke HSBC itu tidak dikembalikan kepada HSBC, namun
diberikan kepada pembeli untuk kemudian diterima Ibu Endina karyawati Bank
Niaga. Sebaliknya Endina memberikan sejumlah dana kepada pembeli dan pembeli
memberikan dana tersebut kepada penjual. Dengan uang di tangan penjual, lalu
penjual memberikan uang kepada HSBC guna menebus BPKB yang beberapa hari
dipinjam untuk siasat balik nama atas nama Linda Olga Gracelangi. Ketika Linda
dengan bangga menunjukkan STNK hasil perjuangan kami atas namanya itu, saya
terkejut terbaca di STNK, nomor BPKB “9”.
Semua transaksi selesai berikut kunci mobil dan STNK diserahkan dengan
lancar hari itu. Sambil menyebut nama Allah mobil melaju. Saya masih terheranheran
dengan pemunculan angka “9” dan dalam hati berkata, “Ada apa dengan “9”
ya Allah ?”, karena hari itu serah terima tertanggal 15 – 06 – 2004 (“9”).
Belakangan, Selasa 19 Desember 2006, ketika sedang merapikan dokumen
penting keluarga, tidak sengaja terlihat BPKB mobil tersebut. Karena teringat ada
catatan “nomor BPKB : “9””, membuat saya penasaran terus mencari-cari di
manakah tertera “nomor BPKB: “9”” yang dulu saya lihat tersebut. Karena
catatan “Nomor BPKB : “9””tersebut memang ada di STNK, sehingga saya tidak
menemukan catatan “Nomor BPKB: “9”” di lembar BPKB, tapi malah terbaca
tanggal pertama kali dikeluarkannya BPKB atas nama pemilik pertama mobil yaitu
Yulie Yanti dalam lembar “Identitas Kendaraan”. Di luar dugaan, ternyata pertama
kali BPKB dikeluarkan tanggal 30 – 03 – 2001 (“9”).
Dalam lembar BPKB berikutnya ada perubahan nama dari nama Yulie Yanti
menjadi nama Linda Olga Gracelangi, terbaca dalam lembar “Perubahan
Identitas”, di Jakarta, Juni 2004, tanggal “9”.
Tanpa sepengetahuan saya saat itu, permohonan tukar nama yang diajukan
Linda Olga ternyata sehari sebelumnya, karena terbaca stempel tukar nama
19
Kode “9” Di Balik Peristiwa
dengan tanggal 8 – 6 – 2004, yang jika ditulis enam digit tanpa kehilangan makna
terlihat seperti ini : Tukar Nama 08 – 06 – ’04 (“9”).
Makna di balik kode “9” dalam peristiwa mobil ini adalah Allah ingin saya
mengerti dengan mengalaminya langsung bagaimana berkuasanya Dia dalam hal
atur mengatur segalanya di langit dan di bumi. Begitu terasa jelas pengertian yang
disampaikan Allah kepada saya bahwa Dia berkuasa mengatur waktu dan hati
orang lain yang terlibat dalam peristiwa agar segalanya berkesesuaian dengan
kehendakNya, yang berarti Allah sedang bekerja dalam setiap peristiwa. Begitu
jelas pesan yang disampaikan melalui kode “9” bahwa hendaklah saya berikhtiar
sambil terus menunggu hasilnya serta pasrah menyerahkan segala urusan atas
kehendak Allah.
Belakangan tertangkap ciri khas Allah mengajarkan saya dalam rangka dapat
menarik makna di balik kode “9” ini. Allah mengajarkan saya dengan cara tiga kali
pengulangan. Sebagaimana terlihat dalam kisah lainnya di buku ini, kisah di tajuk
ini terlihat dari tiga kali pengajuan kredit. Luar biasa...!
Kode “9” Di Balik BCA
Kini saya sudah banyak belajar dalam hal pembelanjaan uang dan menjadi
praktisi “belanja karena Allah” setelah mendapatkan kode “9” ini. Ternyata dulu
saya tergolong konsumtif kurang menghargai uang. Uang di tangan untuk
dihabiskan tidak terbiasa menabung. Ketika suami konflik dalam proyek WJEMP –
yang dikisahkan itu, dan ada hasil kerjanya yang tidak dibayar bulan Agustus 2004,
saya merasa sudah tidak punya uang cukup bulan berikutnya. Bersama Chika, kami
niat ambil uang sekedarnya di ATM BCA. Kami terkejut ketika lihat saldo ternyata
ada uang berjumlah signifikan di luar perkiraan. Penasaran apakah data ini benar –
sambil berpikir mungkin uang proyek sudah dibayar, kami coba pancing ambil uang
dalam jumlah tertentu dan ternyata uang keluar. Ketika uang beserta struk dengan
jumlah saldo tertentu sudah di tangan, karena surprise spontan saya tanya Chika
jam berapa. Sambil melihat waktu di hp, Chika melotot terpesona, “Ma, “9”!”.
Uang tepat di tangan pukul 12.06 (“9”).
Kartu ATM BCA yang saya pegang saat itu masih berasal dari kantor cabang
Kebayoran Baru - Jakarta Selatan, sehingga untuk urusan administratif tertentu
harus berurusan dengan kantor di sana. Karena merepotkan, saya memindahkan
data administrasi ATM BCA dari cabang Kebayoran Baru ke cabang baru sekitar
bulan Desember 2005. Ketika kartu ATM baru dengan lembaran keterangan
dikirim dari BCA Pusat melalui kurir, di lembar keterangan kartu ATM baru
tertulis: Berlaku dari 08 – 12 – 2005 (“9”).
Sebelum ini, saya menggunakan nomor PIN yang diberikan langsung oleh bank
dengan nomor yang tidak mengingatkan sesuatu, sehingga nomornya susah diingat.
20
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Ketika sudah tiba di depan mesin ATM untuk mengambil uang, terkadang saya
harus mengeja dulu nomornya agar tidak terbalik, malah pernah terjadi lupa urutan
nomornya. Urutan nomor ATM ini kemudian menjadikan perhatian, sehingga saya
catat nomornya di suatu tempat. Dalam kesempatan menggunakan kartu ATM
baru, saya pun langsung menggunakan kesempatan mengubah nomor PIN lama
menjadi nomor PIN baru dengan nomor diambil dari tanggal lahir anggota keluarga
agar mudah diingat. Sejak tahun 2005 itu sampai kini saya menggunakan kartu baru
dengan nomor PIN baru, tapi entah mengapa nomor PIN lama yang dulu susah
diingat, kini susah dilupakan.
Herannya dulu selama menggunakan kartu lama, saya tidak menghubungkan
nomor PIN dengan angka “9”. Entah mengapa hari Minggu bulan Februari 2007 -
detik sebelum berangkat dari rumah menjenguk Ocha di Bandung, saya tergerak
menghitung jumlah nomor PIN lama. Sambil terburu-buru, saya tulis angka enam
digit di kertas dan coba menghitung jumlah angkanya yang ternyata bermuatan “9”,
karena nomor PIN kartu ATM BCA lama 163296 (“9”).
Saya simpan catatan kecil itu di dompet sebagai materi tambahan buku ini
untuk saya tulis hari Senin. Ketika saya memindahkan catatan itu dan menulis hari
Senin pagi di komputer, ternyata detik digerakkanNya dan ditemukan kode “9” di
balik kartu ATM terjadi kemarin hari Minggu tanggal 25 – 02 – 2007 (“9”).
Minggu berkode “9” itu saya sedang melepas rindu dengan Ocha setelah tiga
minggu tidak bertemu dan menyempatkan diri membelikan keperluannya di
Bandung. Diboncengi Ocha bermotor, mencari ATM BCA dan setelah menemukan
mesin ATM BCA dan uang sudah terambil, kami makan di restoran dan Ocha
memarkirkan motornya. Ketika satpam hendak memberikan nomor parkir motor,
terlihat di mata saya kartu nomor 18 (“9"), tapi ternyata satpam memberikan nomor
lain yang juga berkode “9”, yaitu kartu parkir nomor 36 (“9”).
Di depan Ocha saya katakan nomor kode “9” itu. Tapi karena kartu parkir
tampaknya hal sepele tidak penting, ia tidak menggubrisnya dan saya pun jadi tidak
mencatatnya walau terus mengingatnya. Setelah menulis nomor kartu ATM itu
ternyata bermuatan “9” dan juga ternyata digerakkanNya di hari yang bermuatan
“9” pula, barulah saya jadikan tambahan materi kartu parkir di buku ini.
Kartu parkir adalah hal yang tak bernilai untuk segera dibuang, tapi kode “9”
adalah hal yang tak ternilai untuk segera disimpan. Rentetan kode kebersambungan
dengan Allah yang disampaikanNya di balik kartu ATM BCA bermakna bahwa
rejeki uang datangnya dari Allah dan untuk itu membelanjakannya pun berdasarkan
karena Allah pula. Mulai hari itu karakter saya dalam hal membelanjakan uang
berubah secara permanen. Luar biasa cara Allah mengajar saya.
21
Kode “9” Di Balik Peristiwa
Kode “9” Di Balik LIA
Desember 2004 pada saat suami dan anak-anak masih setengah hati mengakui
angka “9’ sebagai kode dari Allah untuk saya pribadi, saya mendaftarkan anakanak
kursus bahasa Inggris di LIA (Lembaga Indonesia Amerika) Kalimalang.
Ketika formulir aplikasi LIA dibagikan untuk dapat mengikuti Admission Test,
secara kuantitatif jumlah angka-angka dalam nomor ujian tersebut mengandung
unsur “9”. Program English For Adults mendapatkan formulir secara computerize
atas nama Chika Lolita Sugiharto dengan Nomor Ujian 085950 (“9”).
Dengan kagum saya sampaikan kode “9” ini kepada keluarga dengan harapan
mereka percaya. Sambil menghitung nomor ujian satu lagi, ternyata Program First
Steps to Communicating in English juga mendapat formulir secara computerize
atas nama Al Kautsar Sugiharto dengan Nomor Ujian 084519 (“9”).
Formulir dan data-data kode “9” semacam itu saya simpan sebagai bukti
otentik. Banyak juga informasi kode “9” yang tak tercatat karena lupa saat
kejadiannya, terutama yang terjadi pada anak-anak. Di balik kode “9” melalui kisah
LIA ini bermakna bahwa Allah menyertai saya dan mendukung setiap usaha mulia
yaitu pengembangan diri anak-anak.
Kode “9” Di Balik Motor
Saat itu, anak-anak ingin mandiri pulang pergi ke LIA menggunakan motor.
Ketika motor sudah dibeli, kali ini saya sengaja menyelidiki nomor BPKB, STNK
dan nomor plat motor. Penyelidikan sengaja tersebut terhenti ketika saya tidak
menemukan tanda-tanda “9”, sambil hati berkata takut kepadaNya, “Ya Allah
ampunilah aku kalau sedang coba-coba berkehendak sendiri dan mendahuluiMu”.
Seminggu kemudian tanpa sepengetahuan saya ternyata nomor plat motor lama
diganti suami dengan nomor baru sesuai lokasi tinggal. Kali ini nampaknya anakanak
sudah mulai “heran” dengan angka “9” yang selalu mengelilingi saya. Mereka
memberitahukan bahwa sekarang motor tersebut mengandung kode “9”, karena
Nomor Plat Motor B 6939 KCZ (“9”).
Setelah Ocha menamatkan sekolah di SMP Al-Azhar “9” pada bulan Juni
2005, dia melanjutkan sekolah SMA di Bandung dan tinggal kos di rumah uaknya –
kakak kandung suami dan istrinya. Kelas 2 SMA, Ocha ingin agar motor tersebut
dapat digunakan di Bandung untuk keperluan pulang pergi sekolah. Karena ada
kekuatiran tertentu dan faktor keamanan, uak kurang setuju jika Ocha mengendarai
motor, begitu juga suami terpengaruh tidak setuju. Ibu teman perempuan Ocha
bernama C menganjurkan saya agar Ocha lebih baik menggunakan motor untuk
kendaraan pulang pergi sekolah. Saya pun berhasil meyakinkan suami dan uak agar
Ocha menggunakan motor. Pandangan ibunya C itu ada benarnya walau ketika itu
dalam hati saya menangkap ada motivasi memanfaatkan Ocha di balik anjurannya
22
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
tersebut. Itu mengapa saya tekankan Ocha agar motor tersebut bukan digunakan
untuk keperluan mengantar-antar temannya C pulang sekolah.
Dugaan hati saya itu benar, Ocha menghadapi C seorang anak tunggal yang
terdidik oleh kedua orang tuanya menjadi anak hiper-egois yang pada akhirnya
Ocha mempunyai tanggung-jawab baru untuk mengantar C pulang sekolah dengan
motornya. Motor ini pemicu konflik di kemudian hari, sebagaimana dikemukakan
dalam Bab XI dengan tajuk-tajuk “Walau Seribu, Orang Fasik, Kasihilah Musuhmu
! dan Kode “9””.
Dalam hati terbersit kuatir dengan keselamatan Ocha bermotor di Bandung,
namun kode “9” yang melekat pada motor kemudian klik mampu menenangkan
jiwa saya dan pasrah bahwa ada perlindungan Allah dalam kehendak Allah
mengiringi Ocha yang jauh dari pantauan mata saya, insya Allah. Namun April
2007, terdengar berita Ocha jatuh dari motor, yang kisahnya dikemukakan dalam
Bab XII dengan tajuk Hikmat “Pemecahan Persoalan” dan “Sabar”.
Kode “9” Di Balik SMS
Selama berkenalan dengan pria bernama X, yang kisahnya dikemukakan
dalam Bab IX: Karunia Allah Melalui Firman Allah dan Bab X: Spiritual Membara
Di Balik Kode “9”, saya terus berusaha dan memohon perlindungan Allah agar
terhindar dari godaan, rayuan dan kejarannya yang gencar untuk mendapatkan
saya sebagai perempuan. Ada kode kebersambungan Allah saat saya mengirim
SMS kepadanya dalam kisah berikut ini.
Setelah berdoa mohon perlindungan Allah dari kejaran X, saya mendapat
penglihatan spiritual seperti ini, “Secangkir jus tomat yang sudah habis isinya
terletak di ujung meja”. Saya segera faham makna penglihatan dalam bahasa
perumpamaan yang diperlihatkan Allah itu. Ibarat gelas kotor yang ditinggalkan
karena sudah direguk habis isinya, bisa begitu nasib saya nanti jika tidak pandaipandai
dan hati-hati tergoda rayuan X. Langsung saya kirim SMS di bawah ini
kepada X dan katakan bahwa inspirasi itu dikirim malaikat untuk melindungi saya
dari jeratannya Tapi X sengaja asal berargumen bahwa inspirasi itu bukan dari
malaikat melainkan dari iblis, sehingga kami terus berdebat. SMS yang saya kirim
mengibaratkan diri saya seperti secangkir jus tomat itu, sebagai berikut :
SMS pukul 19:55:17 tanggal 15 – 01 – 2005 :
“Baginya kau bak secangkir jus tomat. Lalu jus itu diminum terus olehnya,
dengan waktu pasti kau tahu bagaimana akhirnya? Kau tinggal bak gelas kotor di
ujung meja”.
Setelah bergantian berdebat SMS itu terinspirasi dari malaikat, iblis, malaikat,
iblis, menjelang tidur sambil berbaring saya terlompat ke belakang spontan teriak
23
Kode “9” Di Balik Peristiwa
memanggil suami dan terkejut ketakutan. Tiba-tiba di hadapan kanan saya muncul
bentuk wajah manusia terlihat setengah badan berbalut cahaya terang tapi sejuk
tidak silau, sangat kokoh mengesankan seorang penjaga tapi seperti kapas putih
sangat halus dan lembut. Cepat saya bungkam teriakan spontan itu, karena malu
kepada suami dan merenung.
“Siapa itu? Malaikat!”. Seakan langsung menjawab perdebatan saya tadi
dengan X. Bahwa itu memang malaikat yang melindungi, bukan iblis. Allah
mengabulkan doa saya dan melindungi saya dari jeratan manusia penggoda jenis ini
dengan mengkomunikasikannya melalui media penglihatan spiritual. Allah juga
dapat mengkomunikasikannya melalui bermacam-macam media lain sesuai
kehendakNya, termasuk kode “9” yang mengiringi hp dengan SMS-SMS seperti di
bawah ini :
Kode pertama. Minggu-minggu itu intensitas SMS dari X begitu tinggi
sehingga sering terlihat SMS yang masuk jadi pending karena penuh. Saya
peringatkan X untuk tidak menggangu lagi dengan SMS seperti itu. Hari itu saya
coba memeriksa hp apakah masih ada SMS dari X. Pemeriksaan pertama,
ketika saya lihat hp, terlebih dulu terlihat waktu di layar kaca hp menunjukkan
angka yang bagus pukul 19:19 dan dalam hati juga berkata, “Bagus!”, tidak ada
SMS dari X berarti peringatan saya berhasil. Pemeriksaan kedua, sama ketika
kedua kali saya periksa hp, kali ini waktunya sudah memberikan perhatian kepada
saya karena angkanya bagus lagi menunjukkan pukul 20:20. Pemeriksaan
ketiga, begitu juga ketika ketiga kalinya saya periksa lagi hp dengan waktu yang
bagus lagi pukul 22:22. Saat itu saya sudah mulai curiga ada roh yang tidak terlihat
dan irasional – entah apa namanya, yang mampu menggerakkan dan mengatur
serta menyelidiki gerak-gerik saya untuk mendukung saya menghadapi serangan X.
“Aha..!!! Benar”. Sinyal kebersambungan dengan Allah tertangkap
memberikan kode “9”. Karena hari itu ternyata tanggal 05 – 06 – 2005 (“9”).
Keesokan pagi, X telepon ingin bertemu di saat saya sudah dikonfirmasiNya
“bagus” tidak berhubungan dengannya. Maka saya buat keputusan menolak.
Seakan sinyal “bagus” lagi dariNya turut mengukuhkan keputusan menolak itu,
karena setelah bicara waktu di layar hp menunjukkan angka yang “bagus” lagi
yaitu pukul 10:10.
Kode kedua. Selang beberapa lama ternyata masih saja X menghubungi dan
menggoda. Saya menanggapi SMS nya kira-kira seperti ini, “Hubungan seperti itu
tidak sehat, saya tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan kamu”.
Saat itu saya tidak mencatat tanggal pengiriman. Tercatat di buku dan selalu
teringat adalah satu keanehan ketika saya mengirimkan SMS itu. Tidak pernah ada
selama ini tanda pesan terkirim dari hp pengirim ke provider Telkomsel (Message
sent) menunjukkan waktu di layar hp saya. Saat itu “Message sent” menunjukkan
24
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
waktu di layar hp dengan angka yang bagus sekali mengundang perhatian, yaitu
pukul 22:22:22.
“Lho kok “Message sent” ada waktunya...?
Lalu baru muncul di layar hp tanda pesan sudah terkirim dari Telkomsel ke hp
penerima (Delivered to) seperti biasa. Saya buka laporan mengenai Delivered to
(Report) itu. Ternyata bukan hanya bagus, tapi klik kode “9”. Waktu terkirim
pukul 22:33:44 (’9").
Kode ketiga. Saya kirim lagi SMS kepada X pada bulan Oktober 2005
sebagai berikut :
“Orang baik tidak akan berkhianat di belakang orang, tapi berani jujur atas
khilafnya dan ksatria untuk minta maaf atas kesalahannya”.
Ada tiga keanehan dalam kode ketiga ketika saya mengirim SMS itu.
Keanehan pertama, Message sent. Terulang lagi Message sent yang aneh tidak
seperti biasa tersebut. Message sent kali ini menunjukkan waktu pukul 11:40:53.
Keanehan kedua, Report. Lama ditunggu-tunggu belum juga Delivered to.
Terasa aneh lagi tidak seperti biasa, yang tampil bahkan Report sebelum Delivered
to. Keanehan ketiga, Pending. Saya buka Report aneh itu. Ternyata lebih aneh
lagi, karena isi Report yang biasanya adalah laporan dari delivered to yang
menunjukkan waktu yang diam, namun kali ini menunjukkan waktu yang bergerak
hidup. Saya “terbengong” mengikuti jalannya detik dan menit yang terus bergerak
hidup seperti sedang bermain-main dengan saya dan menggiring mata ke tempat
pemberhentian. Ternyata, waktunya terhenti ketika sudah menunjukkan angka yang
klik kode “9” dan terbaca Pending pukul 11.44.44 (“9”).
“Ha? “9” hidup?”. Setelah itu baru muncul Delivered to. Report yang
mengabarkan waktu Delivered to ini sudah tidak menjadi perhatian saya lagi. Yang
terus saya renungkan adalah keanehan yang mana tidak pernah ada “Report dua
kali” dalam satu kali pengiriman SMS. “Report pertama” melaporkan tertunda
pending dan “Report kedua” melaporkan Delivered to. Yang ada biasanya
“pending” sendiri satu kali dan “Report” sendiri satu kali. Yang menjadi perhatian
lagi adalah kode “9” menyadarkan ternyata hari itu klik tanggal “9”.
Banyak makna yang dapat ditarik dari kisah SMS ini. Yang paling irasional saat
angka itu hidup bergerak dan baru berhenti ketika sudah menunjukkan angka “9”.
Makna kode “9” dibalik peristiwa ini mengabarkan saya bahwa kode “9” yang
terjadi di hadapan saya adalah kode yang hidup berkomunikasi dengan hati saya.
Luar biasa!
Begitu pula ketika waktu tertunda yang menunjukkan kode “9”. Bermakna
pengiriman ditunda dulu untuk sejenak mengingat kedahsyatan Allah mengatur
yang luar biasa!!!
25
Kode “9” Di Balik Peristiwa
Kode “9” dibalik kisah SMS ini bermakna Allah selalu menyertai.
Mengabulkan doa dan mendukung untuk pergi dari X. Allah terus menyelidiki dan
melindungi saya agar terhindar dari manusia ini dengan cara yang tak terselami.
Fakta ini mencengangkan. Saya termangu tidak ada yang bisa menjelaskan. Luar
biasa.
Belakangan tertangkap oleh pengertian saya cara Allah mengajari saya dengan
tiga kali pengulangan kejadian agar dapat menarik makna di balik kode “9”.
Dahsyat...!!!
Kode “9” Di Balik Passport
Saya masuk organisasi sosial politik Partai Demokrat (PD) melalui pesan
mimpi yang penuh dengan kode “9” seperti dikemukakan di buku ini dalam Bab VI
dan VII, dengan posisi sebagai Wakil Ketua Departemen Luar Negeri, Dewan
Pimpinan Pusat, Partai Demokrat. Oktober 2005 saya memperpanjang passport
agar selalu dalam kondisi siap pergi ke luar negeri jika ada tugas mendadak. Ketika
pengurusan passport sudah selesai, hati saya begitu yakin akan ada muatan kode
“9” dalam passport karena untuk kepentingan PD yang bernomor kode “9”. Benar
saja, nomor file passport I – 610209 (“9”).
Makna kode “9” dibalik kisah passport adalah direstuiNya saya aktif dalam
organisasi yang berdasarkan kehendakNya. Kisah ini berfungsi sebagai
penambahan perbendaharaan kisah kode “9” untuk mengukuhkannya sekali lagi.
Kode “9” Di Balik NPWP
Kamis 22 Desember 2005 saya menerima buku dan formulir “Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi”
untuk kedua kalinya dari Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat
Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak. Tahun 2004 Kantor Pelayanan Pajak juga
mengirimkan SPT Pajak dan menerbitkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Pribadi tanpa permisi terlebih dulu.
Pada awalnya saya merasa tidak perlu merespon surat tersebut karena
permasalahannya ketika itu status saya adalah ibu rumah tangga yang ikut suami
dan bukan pengusaha yang punya penghasilan pribadi, di samping itu juga saya
tidak pernah minta dibuatkan NPWP Pribadi ke kantor pelayanan pajak. Tapi suami
katakan bahwa ada konsekuensi tertentu bahkan bisa terkena pasal pidana bagi
warga yang tidak melaporkan SPT Pajak yang telah dikirimkan tersebut. Saya
alergi mendengar kata pidana ditambah lagi terbayang bagaimana akan dipersulit
nanti mengingat citra orang pajak pada umumnya di mata masyarakat selama ini.
Namun tiba-tiba ada rasa aman dan keyakinan tertentu menyelinap dalam hati
ketika melihat “Surat Keterangan Terdaftar” yang memuat pernyataan NPWP dan
26
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
bahkan NPWP nya pun sangat mencolok klik berkode “9”. Nomor Surat
Keterangan Terdaftar dari Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pajak terketik seperti ini : No. PEM-...../WPJ.22/KP.0103/2004 dan titiktitik
setelah kata “PEM” sangat eye-catching ditulis tangan langsung terbaca klik
kode “9”. Surat Keterangan Terdaftar tertulis tangan bernomor 5634 (“9”).
Surat Keterangan Terdaftar tersebut menerangkan Nomor Awal NPWP yang
juga sangat eye-catching. NPWP tersebut lengkapnya bernomor 09.258.716.1-
407.000, artinya Nomor Awal NPWP 09 (“9”).
Dengan klik kode “9”, sebagai isyarat bahwa ada kode Allah dan urusan akan
mudah. Modal keyakinan ini cukup menenangkan hati untuk menyelesaikan
masalah ini di samping tentunya sebagai warga negara yang baik harus
bertanggung jawab dan mempunyai kewajiban untuk klarifikasi ke kantor pajak.
Keesokan harinya Jum’at 23 Desember 2005 saya mengurus masalah ini ke
kantor pajak dan diminta datang kembali hari Senin dengan membuat “Surat
Permohonan Penghapusan NPWP” agar tidak terjadi NPWP ganda karena suami
telah memiliki NPWP. Ternyata NPWP saya memang sengaja diterbitkan oleh
kantor pajak sebagai penertiban bagi setiap pembeli rumah di komplek perumahan.
Setelah urusan selesai, sambil tersenyum ingat kehadiran Allah dalam hati
berkata, “Benar saja kode “9” !”. Pegawai pajak bernama Siti Mukinah (Ibu
Nonon) begitu helpfull mendampingi dan membantu proses pengurusan di kantor
pajak jadi begitu mudah dan selesai pada hari itu juga. Ternyata tidak semua orang
pajak seperti apa yang saya bayangkan sebelumnya. Ada klik kode “9” lagi di hati
ketika melihat lembar “Bukti Penerimaan Surat” sebagai bukti dihapusnya NPWP
itu tertera tanggal surat dari saya. Surat “Permohonan Penghapusan NPWP”
tertanggal 26 – 12 – 2005 (“9”).
“Pantas saja!”, semua urusan selesai hari Senin itu begitu mudah karena
ternyata tanggal surat “Permohonan Penghapusan NPWP” adalah juga tanggal
proses pengurusan di kantor pajak. tanggal 26 – 12 – 2005 (“9”).
Pada saat hati bertanggung jawab menyelesaikan masalah dengan niat baik
dan untuk kebaikan namun di tengah hati ada ketidakpastian dan kuatir, kode “9”
mengisyaratkan ingat perlindungan Allah agar kemudahan dan ketenangan hati
dapat terpelihara.
Kode “9” Di Balik Wawancara
Beberapa kali Pak Tengku Imam Kobul meninggalkan pesan melalui telepon
bahwa ia dari majalah Komunitas Bekasi ingin bicara. Berhubung ia meninggalkan
nomor telepon, maka saya coba hubungi. Ternyata tujuannya menelepon untuk
wawancara dalam rangka mengisi halaman di majalah itu. Ia mendapat
rekomendasi dari teman perempuan di Koalisi Perempuan Indonesia Cabang
27
Kode “9” Di Balik Peristiwa
Bekasi, Ibu Utari. Pertemuan yang ia jadwalkan, selalu saja tidak sesuai dengan
waktu saya sehingga melewati dateline penerbitan bulan Maret 2006, tapi tetap
saja ia mengharapkan saya tampil di majalah itu.
Dengan ditemani Pak Anshoruddin, perwakilan majalah Komunitas Jawa
Barat, mereka mewawancarai saya di rumah hari Minggu tanggal 19 Maret 2006.
Karena hasil wawancara ini untuk penerbitan bulan April 2006, maka saya
ditempatkan di halaman Edisi Khusus Kartini majalah Komunitas. Surprise juga
rasanya dipublikasikan seperti ini di daerah Bekasi, tapi yang membuat saya lebih
surprise klik adalah ketika ia mengatakan bahwa ingin mewawancarai saya dalam
rangka Ulang Tahun Kota Bekasi Ke “9”.
Makna kode “9” dibalik kisah wawancara ini adalah Allah mengingatkan saya
agar sadar bahwa Allah dapat menggerakkan hati setiap orang untuk melakukan
sesuatu agar terjadi sesuai kehendakNya.
Kode “9” Di Balik Citibank
Karena sudah ada kesadaran dalam cara “belanja uang karena Allah’,
belakangan saya enggan menggunakan credit card karena mendorong jadi
konsumtif dan berhutang, jadi hanya suami saja yang menggunakan. Namun
kemudian suami juga mengikuti saya jadi enggan menggunakannya, konsekuensinya
credit card menjadi pasif.
Satu tahun kemudian awal Mei 2006 saya buka surat dari Citibank berisikan
dua credit card atas nama suami dan surprise ada satu lagi tambahan atas nama
saya. Ternyata suami mengaktifkan kembali credit card yang sudah satu tahun
pasif tersebut. Pada 16 Mei 2006 ada surat lagi dari Citibank yang confidential
berisi No. PIN ATM Visa Citibank yang ditujukan atas nama suami.
Karena credit card Citibank atas nama berdua juga berfungsi sebagai ATM,
tentunya ATM otomatis atas nama berdua. Tapi karena amplop ditujukan atas nama
suami, saya jadi ragu antara buka atau tidak. Karena biasanya nomor PIN perdana
adalah sebagai kunci untuk membuat nomor PIN rahasia baru, akhirnya saya buka
surat itu dan klik terbaca kode “9”, ternyata No. PIN ATM Visa Citibank 5445
(“9”).
Kode “9” dibalik kisah ini tersimpan makna bahwa ketika saya iklas
melepaskan credit card karena niat berbelanja sesuai kemampuan dan hemat
dalam menggunakan uang karena Allah, kali ini Dia percaya dan mengizinkan saya
menggunakannya. Artinya, fasilitas keuangan apa pun termasuk credit card adalah
fasilitas untuk dipergunakan sesuai kebutuhan, bukan untuk dipergunakan belanja
yang bersifat konsumtif dan berhutang.
28
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Kode “9” Di Balik Pulsa
Saya merasa nyaman menggunakan hp dengan pulsa prabayar. Kali ini saya
titip Chika untuk beli pulsa electronic dari temannya yang baru jual pulsa di
sekolahnya, dengan tujuan menolong agar temannya itu merasa senang. Besoknya
hari Jum’at tanggal 16 Juni 2006 ketika saya sedang menulis buku ini, ada berita
dari provider Telkomsel melalui SMS bahwa saya sudah mengisi pulsa sebesar Rp.
100.000,- dan ketika saat itu saya lihat SMS di hp, terlihat klik jam di layar kaca
hp menunjukkan tepat pukul 09.00 (“9”).
Di pikiran saya harga pulsa electronic Rp.100.000,- akan dijual dengan harga
logika di atas Rp.100.000,-. Sepulang sekolah Chika tanya apakah pulsa sudah saya
terima sambil mengatakan harga pulsa klik hanya Rp. 99.000,- (“9”).
Peristiwa sehari-hari yang terlihat sepele, sebenarnya banyak menyimpan
makna yang menyiratkan Allah sedang menyaksikan pekerjaan kita sampai sekecilkecilnya.
Dalam hal ini, Allah menambahkan perbendaharaan peristiwa “9” sebagai
materi buku yang menyiratkan pesan bahwa interaksi sehari-hari antar manusia
sekecil apa pun itu hendaklah penuh dengan niat baik. Niat baik kepada orang lain
sekecil apa pun dan menyenangkan orang lain dalam hal positip selalu
mendapatkan ridho Allah.
Kode “9” Di Balik Infotainment
Saya termasuk orang yang jarang nonton acara televisi kecuali siaran berita
atau berita ilmu pengetahuan. Apalagi nonton berita gosip mengenai selebriti. Tetapi
akhir-akhir itu sejak awal Desember 2006 sampai berita tragis tewasnya artis
penyanyi fenomenal Alda Risma tanggal 12 Desember 2006, hati saya tergetar
melihat berita gosip infotainment di televisi dan begitu antusias mengikuti
perkembangannya. Karena berita berita gosip tersebut adalah realita kehidupan
dari poligami, perselingkuhan, skandal seks, aborsi, pembunuhan, narkoba sampai
penggelapan yang terkuak membelalakan mata, menghentakkan hati, perasaan luka
dan trenyuh prihatin karena cukup ironis dan tragis.
Mulai dari poligami ulama, perselingkuhan dan skandal seks seorang anggota
wakil rakyat yang diikuti aborsi selingkuhannya, pembunuhan yang dilakukan oleh
seorang artis muda dua puluhan bersama dengan ibu dan pamannya, dan terakhir
tewasnya artis penyanyi muda dua puluhan. Bahkan baru saja beberapa jam
pemakamannya, ibunya ditangkap polisi karena kasus penggelapan. Berdebar saya
menontonnya, ternyata semua hal itu menyentuh hati saya, “Astafirullahalazim,
ampunilah hamba Mu ya Allah”.
Berita pertama yang cukup memalukan dan ironis adalah terkuaknya skandal
seks seorang anggota wakil rakyat dan funsionaris suatu partai dari bidang
kerohanian dengan pasangan selingkuhannya artis dangdut. Aborsi yang dilakukan
29
Kode “9” Di Balik Peristiwa
dan rekaman video adegan mesum mereka tersebar diketahui publik. Mereka
menuai aibnya, yang pria gagal menjadi contoh rakyat dan terjungkal dari karir
politiknya, dan yang perempuan berurusan dengan kepolisian menyangkut masalah
aborsi dan pemerasan yang diduga dilakukannya terhadap keluarga pria. Entah apa
sanksi untuk mereka berdua dalam proses hukum yang kemudian akan dijalankan
ketika itu.
Berita kedua menyeramkan, seorang artis muda dua puluhan dituntut tujuh
belas tahun penjara karena terbukti melakukan serangkaian pembunuhan bersama
ibu dan pamannya. Ibu dan pamannya dituntut hukuman seumur hidup. Korban
pembunuhan adalah pacarnya yang dianggap ibunya sebagai penghalang karir anak
perempuannya dalam dunia sinetron.
Berita ketiga begitu tragis, tragedi tewasnya artis pelantun lagu “Aku tak
biasa” yang pernah meledak bernama Alda Risma Elfariani. Ditemukan tewas di
sebuah kamar hotel dengan darah berceceran di sekitar tempat tidur, jarum suntik
narkoba, minuman keras dan kondom bersama pacarnya dan beberapa orang lain
dengan dugaan sementara pesta narkoba, pemerkosaan, sampai kemungkinan
dibunuh.
Bahkan ketika keluarga mereka baru saja tahlilan di rumah duka malam hari, si
ibu langsung disergap polisi karena menjadi target pencarian polisi dalam kasus
kejahatan penggelapan mobil yang selama dua tahun ini sulit ditangkap karena
selalu berpindah-pindah tempat, begitu menurut berita tersebut.
Alda dinyatakan tewas hari Selasa sore tanggal 12 Desember 2006, setelah
menginap sejak hari Minggu tanggal 10 Desember 2006 di Hotel Grand Menteng,
Jalan Matraman, Jakarta, kamar nomor 432 (“9”).
Alda dilahirkan pada tahun 1982 dan ternyata datang dari tengah-tengah
keluarga yang bersaudarakan “9” orang.
Bait dalam lagu Alda berjudul “Aku Tak Biasa” pada tahun itu tanpa orang
sadari seakan menceritakan kisah masa depan dirinya sendiri yang begitu
fenomenal. Baru satu kali membuat rekaman dengan lagu tersebut, namanya
langsung melejit dengan popularitas dan kemewahan yang didapat secara tiba-tiba,
namun karirnya hanya bertahan di tahun itu pula, yaitu tahun 1998 (“9”).
Disaat jaya-jayanya tersebut, Alda memiliki rumah dan mobil mewah Jaguar
warna silver metalik dengan nomor polisi B 369 AR (“9”).
Rasa keingintahuan perkembangan berita infotainment kemudian sirna
dengan sendirinya setelah akhirnya tertangkap makna kode “9” dalam tragedi Alda.
Kode “9” seakan menutup layar tontonan saya di depan televisi yang menggetarkan
hati dan penuh pelajaran berharga. Angka “9” sebagai angka fenomenal
menyiratkan bahwa semua itu adalah peristiwa yang mempertontonkan aib di
hadapan saya sebagai contoh isi kehidupan yang tidak kembali kepada Allah,
30
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
sehingga sudah mendapatkan ganjaran di dunia bagi yang melampaui batas dan
tidak berujung pada pertobatan.
Tanpa sengaja terdengar di televisi bahwa kisah Alda ini kemudian ditutup
dengan keputusan pengadilan yang menghukum pelakunya sebagai pembunuhan
berencana dengan hukuman lima belas tahun penjara pada bulan Agustus 2007
tanggal “9”.
Kode “9” Di Balik Lelucon
Awal tahun 2007, Jakarta tertimpa bencana banjir besar lima tahunan. Rumahkedua
ibu terletak di jalan Otista Jakarta Timur terbenam air setinggi atap. Selasa
20 Februari 2007, saya dan sepupu Apik dibantu dua pembantu bermaksud
mengambil perhiasan dan pakaian di kamar tidur ibu yang masih kotor.
Entah mengapa dalam perjalanan pergi dari rumah-pertama ibu di sebelah
rumah saya ke rumah-kedua ibu di Otista dan pulang dari rumah-kedua ke rumahpertama,
saya begitu antusias tidak bisa berhenti menceritakan kode “9” dan
kesaksian “Yesus” kepada Apik. Apik pernah mengalami satu kali bersaksi dan
berinteraksi dengan kode “9” bersama saya yang dikisahkan dalam Bab IV: dengan
tajuk Mushollah Di Balik Kode “9”, seakan ditambahkan lagi pengalaman Apik
bersaksi dan berinteraksi dengan kode “9” bersama saya, maka dari pergi hingga
pulang sambil menceritakan kode “9” ternyata kode “9” itupun selalu bersama
menyertai kami, sebagaimana peristiwa di bawah ini :
Mobil berangkat dari rumah-pertama menuju rumah-kedua ibu. Chika ikut di
mobil untuk berhenti di rumah temannya Mia yang dilewati. Begitu tiba di rumah
Mia, teman-temannya sudah di mobil Mia yang sedang beranjak jalan meninggalkan
rumah bermaksud pergi. Detik itu Apik sedikit terganggu konsentrasi dan berhasil
mengatur posisi mobil berada di depan mobil Mia agar mereka melihat kedatangan
Chika. Chika pun turun mobil terburu-buru di depan mobil Mia dan untung tidak
tertinggal. Keseruan dalam detik itu cukup membuat semua merasa lega karena
waktunya begitu tepat. Karena waktunya tepat, sambil berkelakar Apik
menunjukkan waktu di mobil yang bermuatan kode “9”, yaitu pergi dari rumahpertama
pukul 2.25 (‘9").
Apik menerima penjumlahan “9” seperti suatu lelucon yang lucu membuat dia
tertawa, walau bagi saya ada sedikit klik. Awalnya saya tidak catat karena tidak
menyangka akan ada kelanjutan kode “9” berikutnya. Ketika tiba di rumah-kedua
ibu sambil memarkirkan dan mematikan mesin mobil, Apik kembali tertawa sambil
tangannya menunjuk arah jam yang menunjukkan tiba di rumah-kedua pukul
3.33 (“9”).
Setelah pekerjaan selesai di rumah-kedua, mobil beranjak jalan pulang ke
rumah-pertama ibu. Ketika pagar sudah ditutup, kali ini saya melihat jam di mobil
31
Kode “9” Di Balik Peristiwa
baru saja berpindah ke pukul 5.05. Jam di mobil ketika pulang dari rumah-kedua
pukul 5.04 (‘9").
Ketika dalam perjalanan pulang menyetir mobil, situasi yang sama terjadi
ketika perjalanan pergi, Apik sedikit terganggu konsentrasi lagi dan berhasil
mengatur posisi mobil. Gangguan kecil kali ini agar terhindar dari sentuhan mobil
yang memepetnya. Tanpa saya memperhatikan mobil itu, kali ini Apik menunjuk
mobil dan nomor plat mobil yang memepetnya. Karena sudah semakin banyak
perbendaharaan peristiwa yang mengandung muatan “9” hari itu dan karena takut
lupa, saya mencatat di kertas kecil mobil yang memepet bernomor plat B 117
TW (“9”).
Kesibukan lain membuat saya tidak memperhatikan jam tiba di rumah-pertama
ibu sore itu. Sebelum mencabut kunci mobil, kali ini Apik sudah “heran” sambil
tertawa memanggil manggil saya untuk bersama-sama melihat jam di mobil bahwa
tiba di rumah-pertama pukul 6.12 (“9”).
Lucunya, di perjalanan pulang maupun pergi, Apik mengalami dua hal yang
sama. Pertama, ketika pergi mengalami gangguan konsentrasi kecil dengan mobil
Mia dan ketika pulang mengalami gangguan konsentrasi kecil dengan mobil yang
menyerempet. Kedua, ketika berangkat dari rumah-pertama pukul 2.25 dan tiba di
rumah-kedua pukul 3.33, serta pulang dari rumah-kedua pukul 5.04 dan tiba lagi di
rumah-pertama pukul 6.12. Lamanya waktu dalam kedua perjalanan tersebut klik
dengan kode “9”, karena memakan waktu yang begitu tepat sama yaitu masingmasing
1 jam 8 menit. Jika ditulis dengan tidak kehilangan makna bisa seperti ini
1’8" (“9”).
Apik tanya apa makna kode “9” di balik kisah ini. Saya katakan bahwa Roh
Kebenaran bersama kita dan ada kekuatan yang mampu mengatur gerak dan
keinginan kita secara detail. Allah sedang memperlihatkan kepada Apik dan
bersaksi untuk yang kedua kalinya bahwa kode “9” yang sedang saya ceritakan
kepadanya sepanjang perjalanan pergi pulang, bukanlah bualan belaka. Tidak saya
sangka, Apik diizinkanNya bersaksi dan berinteraksi dengan kode “9” bersama
saya untuk kedua kalinya, agar rasa heran Apik menjadi sedikit naik tingkat.
Kehidupan selalu menyembunyikan kebenaran yang datang dari Allah dan
kebenaran itu dapat ditemukan manusia dengan bermacam-macam cara melalui
limpahan karuniaNya. Begitu pula angka “9” yang menyembunyikan kode bahwa
Allah menyertai melalui berita yang tidak terkesan seram-seram tapi terkadang
lucu seperti lelucon.
Kode “9” Di Balik Kuitansi
Di akhir kelas 3 SMA, Chika sedang banyak-banyaknya membayar kebutuhan
sekolah dari jumlah besar sampai yang kecil-kecil. Berkali-kali Chika minta uang
32
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
untuk satu keperluan, padahal suami merasa sudah berkali-kali pula memberikannya.
Sedikit ketegangan antara Chika dan suami membuat Chika malas minta
uang untuk macam-macam pembayaran berikutnya padahal ia perlu. Merasa
kasihan dengan Chika, saya sarankan Chika untuk tulis semua kebutuhannya di
atas kertas dan saya yang mintakan kepada suami. Suami ternyata tidak suka cara
minta uang dengan hanya menyodorkan kertas seperti itu, akhirnya saya dan suami
jadi agak tegang. Walau pembayaran sudah mendesak dan uang belum ia berikan,
saya tinggalkan keadaan perdebatan seperti itu dan menasehati Chika agar
dibiasakan minta kuitansi untuk setiap pembayaran.
Setelah uang diberi dan Chika membayar, ternyata memang Chika sudah
beberapa kali membayar tapi dengan cara mencicilnya terlihat dari catatan si
penerima uang. Namun kali ini Chika jadi belajar peduli dengan kuitansi atas uang
yang sudah ia bayarkan. Kuitansi yang jadi perhatian bersama itu membuat Chika
memperhatikan tulisan yang tertera di atasnya dan ia surprise dengan mengatakan
kepada saya kode “9”. Ternyata pembayaran keperluaan di bulan Maret 2007
tersebut dalam suatu hari tertanggal “9” dengan nomor kuitansi “9”.
Lucu memang cara Allah agar saya selalu mengingatNya melalui kode “9” ini.
Kode “9” ini tersembunyi bukan hanya dalam masalah yang dianggap besar bagi
dunia fana, tapi lebih sering justru dalam peristiwa kecil sehari-hari namun mampu
memancing pergumulan antara emosi dan pengendalian hati. Kode “9” di sini
meminta saya untuk panjang bersabar menghadapi situasi kehidupan yang kadang
muncul tanpa diundang.
Kode “9” Di Balik Air Jordan
Dilihat dari masalahnya, meminjam buku adalah peristiwa kecil sehari-hari.
Tapi justru dari hal kecil sehari-hari itulah banyak pelajaran ujian praktikal yang
didapat sehubungan dengan pengendalian hati dari rasa tidak sabar, emosional dan
prasangka buruk.
Buku pertama ketika Chika sudah kelas 3 SMA, saya perlu wawasan
mengenai universitas termasuk membaca buku “Kuliah Ke Luar Negeri” yang baru
dibeli. Ketika mencarinya di rak buku, ternyata buku tersebut dipinjam Hafis teman
sekolah Chika. Puluhan kali saya tanyakan Chika untuk mengembalikan buku
tersebut sampai hampir terpancing rasa tidak sabar, emosional dan prasangka
buruk, saya menghubungi ibunya ingin bicara dengan Hafis dengan maksud agar
ibunya mengetahui hal ini dan mengembalikan buku itu. Berbulan-bulan buku
tersebut masih belum juga dikembalikan, sampai ketika saya menulis buku ini hari
Selasa tanggal 13 Maret 2007, sebelum rasa sabar, emosional dan prasangka buruk
terpancing, Allah memberikan kode “9” yang membatalkan rasa tersebut dalam
kisah serupa yang lain di bawah ini.
33
Kode “9” Di Balik Peristiwa
Buku kedua kali ini komik koleksi kesayangan Ocha adik Chika dipinjam Ivan
teman Chika. Karena sudah biasa ke rumah, Ivan mengambil sendiri beberapa
komik dari rak lalu dikembalikan setelah membaca untuk meminjam lagi beberapa
seri berikutnya. Hari Minggu 11 Maret 2007, saya melihat Ivan mengambil lagi
beberapa komik dari rak sebelum mengembalikan komik yang dia ambil sebelumnya.
Chika tidak begitu perhatian dengan seri apa yang diambil Ivan dari rak,
sementara saya tahu betapa komik tersebut koleksi kesayangan Ocha. Hal pengambilan
dan pengembalian komik tersebut menjadi kepedulian sehingga saya minta
Chika klarifikasi dengan Ivan berapa buku yang ia pinjam yang belum dikembalikan
dan berapa buku yang ia ambil lagi hari itu. Saya pesankan untuk lain kali
dibiasakan meminjam komik yang baru setelah mengembalikan komik yang lama.
Ketika Selasa pagi menulis buku ini di komputer, terlihat jelas di hadapan saya
ada bagian lowong dalam rak dengan deretan komik yang tersusun rapi sehingga
menjadi perhatian untuk melihat nomor seri komik yang lowong tersebut. Terlihat
klik tak terduga nomor seri komik yang lowong tersebut yang ternyata merupakan
salah satu dari beberapa komik yang sedang ditunggu pengembaliannya dari Ivan.
Tanpa sepengetahuan saya ternyata hari Senin malam Ivan sudah mengembalikan
semua komiknya termasuk yang lowong satu itu. Beberapa komik sudah diletakkan
kembali ketempatnya semula, sementara satu komik bernomor seri klik yang
lowong dari rak tersebut belum terlihat. Baru timbul proses hampir tidak sabar,
emosional dan prasangka buruk di hati, “Mana buku satu itu?, tiba-tiba mata saya
langsung melihat satu komik tergeletak di rak kaca sebelahnya dan ketika saya
ambil untuk meletakkannya kembali dalam rak, ternyata komik itu adalah komik
yang lowong berjudul dan bernomor seri klik “Air Jordan “9”.
“Ha.. ? “9” ?. Ketika kode “9” hadir, saya langsung prihatin dan malu sendiri
dengan rasa emosional, tidak sabar dan prasangka buruk yang hampir hadir di hati
detik itu. Kode “9” dibalik kisah komik ini bermakna bahwa Allah sedang
memberikan contoh bagaimana sebaiknya menyikapi buku satu lagi yang sedang
dipinjam itu. Sehingga kali ini saya sikapi peminjaman buku “Kuliah ke Luar
Negeri” yang sangat saya perlukan itu dengan praktek pengendalian terhadap
emosi, sabar, dan prasangka buruk.
Ketika bersikap seperti itu tumbuh dengan iklas, tidak disangka-sangka dua
bulan kemudian hari Minggu tanggal 06 Mei 2007 ketika ada pertemuan orang tua
di kantor bimbel tempat Chika dan Hafis belajar, mata saya menengok ke kiri dan
seakan buku yang sedang saya cari-cari tersebut berkata halo memperlihatkan
dirinya bahwa selama itu ia ada di rak buku kantor tersebut. Nampaknya Hafis
lupa meletakkan buku tersebut sehingga berbulan-bulan tersimpan di sana.
Cukup lama saya baru dapat menarik inti makna kode “9” di balik komik Air
Jordan “9” ini. Ternyata, pengajaran dari Allah mutlak hanya bisa tertangkap dalam
keheningan hati. Introspeksi pun baru hadir mutlak saat dalam keheningan hati.
34
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Begitu pula metodelogi pengajaran Allah kepada saya dengan tiga kali
pengulangangan tertangkap dalam keheningan hati melalui kisah ini. Inti makna di
balik Air Jordan berkode “9” ini baru tertangkap belakangan ketika buku “9” Code
ini sedang dalam proses pencetakan dan saya masih mempunyai kesempatan
menyempurnakan tajuk ini, sebagaimana dikemukakan di bawah ini dalam kisah
buku ketiga.
Buku ketiga. Sementara peristiwa dengan komik Air Jordan sedang
berlangsung saat itu, pada saat bersamaan saya pun sedang meminjam buku komik
Kho Ping Ho dari teman Tuti. Bacaan zaman saya masih kanak-kanak ini bersifat
mendidik dan sekarang sudah sulit ditemukan atau bisa dibaca melalui internet.
Saat teman Tuti mengatakan ia memiliki koleksi komik itu, maka teman Neni
meminjam lima seri yang kemudian dipinjamkan kepada saya bergantian untuk
dibaca anak-anak kami. Setelah komik dipinjamkan kepada Ocha yang tinggal di
Bandung, lalu lintas komik agak terhambat untuk dikembalikan dan saya masih
menganggapnya remeh belum juga mengembalikannya kepada Tuti. Karena Neni
lama menunggu kembalinya komik dari saya, saya menyarankan Neni untuk
meminjam seri berikutnya kepada Tuti. Tapi ternyata Tuti menyarankan Neni untuk
mengembalikan komik yang dipinjam dulu sebelum pengambilan seri berikutnya.
Melihat sikap yang terkesan “sulit” itu, cepat saya mengembalikan komik yang
belum sempat terbaca dan berjanji dalam hati tidak mau meminjam lagi karena
kuatir mengganggunya. Tetapi dalam hati saya bersungut-sungut dengan sikap
“sulit”nya itu. Artinya, sejak saat itu dalam hati saya sudah tersimpan “tidak ada
pengertian” kepada Tuti, walau saya sendiri menyikapi komik Air Jordan persis
seperti sikap Tuti. Berteman dengan menyimpan perasaan “tidak ada pengertian”
seperti ini, ternyata sulit untuk dapat melahirkan “ketulusan”.
Belakangan, dalam keheningan hati di bulan puasa Ramadhan tanggal 03
Oktober 2007 , barulah terbuka “pengertian” itu dengan hadirnya introspeksi.
Introspeksi yang menyadarkan saya bahwa tanggapan Tuti terhadap komik Kho
Ping Ho persis seperti tanggapan saya terhadap komik Air Jordan saat itu. Barulah
saya dapat menanggapi cara Tuti itu dengan penuh pengertian dan dapat tulus
kembali berteman dengannya. Barulah tertangkap makna kode “9” di balik Air
Jordan berseri “9” ini berikutnya adalah “introspeksi”. Luar biasa ... !!!
Kode “9” Di Balik Sepak Bola
Ocha seorang penggemar sepak bola. Hari itu ia sedang pulang ke rumah dari
Bandung saat Asian Cup 2007 berlangsung. Asian Football Club ( AFC ) saat itu
akan mempertandingkan Indonesia melawan Saudi Arabia di Stadion Gelora Bung
Karno, Senayan – Jakarta.
Mumpung sedang berada di rumah bukan di Bandung, Ocha ingin menggunakan
kesempatan itu untuk menonton pertandingan sepak bola. Sengaja Ocha
35
Kode “9” Di Balik Peristiwa
membeli majalah Bola untuk mengetahui dimana penjualan tiket itu. Diiklankan
bahwa penjualan tiket ada di beberapa titik sekitar area Senayan. Tapi suami
mengatakan percuma saja mencari tiket karena semua tiket untuk pertandingan
hari itu sudah habis terjual sesuai berita yang ia baca di internet.
Melihat Ocha begitu kecewa dengan informasi itu, saya merasa kasihan tidak
tega kepadanya. Walau diinformasikan tiket sudah habis dan saya tidak tahu lokasi
beberapa titik di area Senayan yang menjual tiket itu, dengan berpengharapan
positif saya dan Ocha tetap pergi berniat membeli tiket pada hari Jum’at itu.
Tidak bertemu dengan beberapa titik di area Senayan yang menjual tiket,
bertambah lagi rasa kasihan saya kepadanya. Wajah sedih Ocha membuat saya
terus antusias mengelilingi Senayan dengan sepenuh-penuhnya pengharapan
sampai terbaca papan iklan sepak bola Saudi Arabia melawan Indonesia yang
bertuliskan : Tiket dijual di Pintu IX (“9”).
“Aha “9”...!!! Ada tiket Cha...!!! Cepat saya turun mobil menanyakan arah
ke pintu IX Senayan. Begitu sampai di pintu IX, terlihat orang-orang di loket
penjualan tiket sedang berkemas untuk ditutup. Setelah tiket dibeli dan mobil
melaju, terlihat loket sudah rapi tertutup. Terasa ada yang mengatur agar saya
mendapatkan tiket, baru kemudian loket ditutup. Karena ketika saya bertanya
mengapa loket sudah ditutup, seorang berkata, “Tadi ibu pembeli terakhir”.
Ternyata saya pembeli terakhir tiket sepak bola Indonesia melawan Saudi Arabia
dengan kursi bernomor 7 dan 8 pada tanggal 14 Juli 2007 dengan kick-off pukul
19:35 (“9”).
Wajah bahagia Ocha membuat saya bahagia. Saya singgung kode “9” ini di
hadapannya dan ternyata hari Jum’at itu tanggal 13 – 07 – ’07 (“9”).
Kode “9” di balik kisah sepak bola ini bermakna Allah berkehendak
menunjukkan saya bahwa Dia selalu menyertai setiap langkah sebagai Maha
Pengatur. Dalam hal kecil yang berhubungan dengan rasa kasih di hati, Dia selalu
mendukung. Luar biasa...!!!
Kode “9” Di Balik UI
Ujian Akhir Nasional (UAN) sebagai program dari pemerintah tahun ajaran
2005 – 2006 bagi pelajar SMA kelas 3 ketika itu menghasilkan banyak pelajar yang
termasuk pintar dikelasnya tapi tidak lulus UAN, sehingga bagi yang tidak puas
dengan hasil UAN tersebut mengadakan demo kepada pemerintah mengusulkan
perbaikan sistem UAN.
Karena kuatir hal tersebut bisa menimpa Chika, yang ketika itu duduk di kelas
3 SMA tahun ajaran 2006 - 2007, maka sejak awal kelas 3 ia sudah dimasukkan ke
dalam kelas bimbingan belajar (bimbel) untuk persiapan menghadapi UAN
mendatang. Ketika waktu UAN sudah dekat, banyak orang tua yang lebih merasa
36
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
mencekam dari pada anaknya itu sendiri, termasuk saya sebagai orang tua di
antaranya yang turut merasakannya.
Untuk menghindari siswa menyontek kepada teman sebelahnya, panitia UAN
membuat lembar soal ujian yang berbeda antara masing-masing siswa yang duduk
bersebelahan yang ditandai dengan kode. Selasa 17 April 2007 hari pertama UAN
diadakan di seluruh Indonesia, hilanglah semua rasa kekuatiran saya yang tidak
perlu dan menjadi percaya insya Allah Chika bisa lulus UAN, ketika Chika
mengatakan kepada saya bahwa dia mendapat lembar soal yang memberikan kode
“9”. Lembar soal A berkode 12, sementara Chika mendapatkan Lembar Soal B
dengan kode 45 (“9”).
Chika ternyata lulus UAN. Setelah tugas UAN berakhir, Chika mempersiapkan
diri untuk masuk Universitas Indonesia melalui SPMB (Seleksi Penerimaan
Murid Baru) 2007. SPMB yang biasanya dan rencananya akan diadakan tanggal
26 Juni, ketika itu berubah bulan Juli 2007 selama 2 hari pada tanggal 4 – 5 (“9”),
Mulai Senin 14 Mei 2007, Chika dan kelompok bimbel dikarantina selama satu
setengah bulan penuh untuk persiapan menghadapi SPMB. Selama satu setengah
bulan itu, Chika mendapat program intensif dengan masing-masing mata pelajaran
mengadakan pertemuan tatap muka sebanyak 18 kali (“9”).
Menjelang SPMB 2007 semakin dekat, pelajar yang minat belajar di bimbel
tersebut semakin bertambah banyak sehingga mereka digabung ke kelas Chika,
akibatnya Chika belajar kurang intensif karena kebanyakan orang dalam satu kelas.
Ketika Chika mengeluh kepada saya hal ini, saya sarankan Chika untuk
mengusulkan pengurangan jumlah orang dalam kelas agar belajar lebih intensif.
Beberapa hari kemudian Chika mengatakan kelasnya sudah diatur kembali dan
termasuk dia bersama teman-temannya yang lain yaitu Mia, Hafis, Ivan S., Ivan
O., Rodo, Toga, Togi, Bona dalam satu kelas semuanya berjumlah “9” orang.
Belajar secara intensif dalam bimbel tersebut membuat pelajar sering
melakukan latihan simulasi tryout. Lembar kerja tryout setiap pelajar secara umum
dibedakan antara pelajar IPA dan IPS. Untuk pelajar IPS diberi nomor umum
dengan awalan yang sama yaitu nomor 23607 …. (“9”).
Baru kemudian setiap pelajar mendapatkan nomor tetap perorangan di
belakang nomor umum tersebut yang akan dipergunakan untuk setiap tryout
diselenggarakan. Chika sebagai pelajar IPS mendapatkan nomor lembar tryout
23607 0009 (“9”).
Sebelum SPMB dilaksanakan, tryout terakhir diadakan pada hari Sabtu 16
Juni 2007. Nomor lembar tryout kemudian berubah, tapi Chika tertangkap nomor
kode soal yang tidak sengaja terlihat olehnya bernomor 612 (“9”).
Hari pertama SPMB 2007 kemudian tiba. Diselenggarakan tanggal 04 – 07 –
’07 (“9”).
37
Kode “9” Di Balik Peristiwa
Sebagaimana UAN, untuk menghindari siswa menyontek kepada teman
sebelahnya, panitia SPMB membuat lembar soal ujian yang berbeda antara masingmasing
siswa yang duduk bersebelahan yang ditandai dengan kode. Rabu hari
pertama SPMB diadakan di seluruh Indonesia, awalnya Chika mendapatkan lembar
soal dengan kode 541, tapi setelah sudah mulai bekerja ternyata lembaran Chika
ditukar dengan lembar ujian lain karena ada kesalahan, sehingga lembar ujian
tersebut menjadi perhatian Chika yang memaksanya melihat nomor kode yang
bertuliskan 540 ( “9” ).
Sebagai pintu gerbang lain masuk Universitas Indonesia 2007, Chika
mendaftarkan diri mengikuti UMPD UI (Ujian Masuk Program Diploma
Universitas Indonesia) 2007. Ketika Formulir Pendaftaran sudah diambil, waktu
pengembalian formulir masih panjang berdasarkan jadwal, tapi Chika sudah harus
mengembalikan formulir keesokan harinya. Ketika emosi saya dalam proses
terpancing, tertangkap tulisan warna merah pada kanan atas map seperti berkode
“tenang, tenang” kepada saya. Saya langsung tenang, ketika tertangkap kode “9”
yang bertuliskan Formulir ini harus kembali 21 – 06 – 2007 (“9”).
Ketika membaca Tata Tertib Petunjuk Pendaftaran UMPD UI 2007, terbaca
sebagai berikut, “Untuk mengisi lembar jawaban, ikuti petunjuk pengisian lembar
jawaban pada buku petunjuk ini halaman “9””.
Jadwal UMPD UI 2007 pada hari Rabu dan Kamis mulai tanggal 11 – 07 –
2007 (“9”).
Melalui UMPD UI 2007 Allah menetapkan Chika untuk diterima sebagai
mahasiswi Universitas Indonesia dalam pilihan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
jurusan Program Studi Inggris yang berkode 2709 (“9”).
Ketika orientasi mahasiswa/i UI diadakan di Balairung UI hari Selasa, saya
menyempatkan diri mengantarkan Chika ke kampus. Lingkungan sekitar Balairung
UI yang asri menggerakkan saya meneruskan tulisan buku ini ketika baru saja
merasa mendapatkan materi baru dalam tajuk “Kode”9" Di Balik Kata Pengantar,
Bab XI. Ketika duduk lesehan teduh di tepi danau di bawah pohon rindang sedang
menulis, ternyata jalan di sebelah kiri saya berjarak lebih kurang lima meter adalah
arah mobil yang langsung menuju saya untuk kemudian baru berbelok ke kanan,
sehingga ketika sedang menulis itu hadir perasaan takut ada orang yang lalai
membantingkan setir mobil berbelok kanan yang bisa berakibat celaka akan
menimpa saya.
Dalam keadaan hati ragu untuk pindah tempat, saya ambil Injil di mobil untuk
memastikan Firman Allah yang saya tulis itu tidak salah. Ketika ingin kembali dari
mobil ke tempat lesehan, mata saya menangkap klik kode “9” seakan menyampaikan
berita perlindungan Allah yang saya tangkap dengan pengertian bahwa tidak
akan ada celaka di situ ketika terlihat mobil Suzuki X over SX4 berwarna hitam
yang sedang parkir tepat di sebelah kanan saya bernomor plat B 1098 GT (“9”).
38
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Kode “9” membuat saya yakin seyakin-yakinnya tidak akan ada celaka untuk
saya duduk di tempat teduh tersebut dan saya dapat meneruskan tulisan ini dengan
penuh konsentrasi. Ketika selesai menulis dan bermaksud menuliskan tanggal hari
itu, ternyata Selasa itu pun berkode”9" karena tertanggal 21 – 08 – ’07 (“9”).
Lokasi kampus UI di Depok yang cukup jauh dari tempat tinggal, membuat
sebagian besar mahasiswa/i UI mencari tempat tinggal kos di sekitar kampus untuk
efisiensi sumber daya. Chika akan mencoba kos untuk tiga bulan pertama kuliah di
UI, sebelum ada keputusan lain. Ketika suami menemukan area tempat tinggal kos
Chika, hati saya merasa kurang berkenan di area tersebut. Rasa ini kemudian
didukung oleh pesan mimpi yang disampaikan Allah melalui Chika yang saya
tangkap intinya adalah tempat kos di sana kurang aman. Segera kami mencari area
tempat kos lain dan bertemu tempat yang sangat menarik, tapi setelah ditelepon
ternyata kamar sudah terisi penuh. Ketika saya tetap ingin Chika tinggal di sana
dan mendaftarkan nama Chika di Home Strawberry, operator di telepon
mengatakan bahkan waiting list sudah 36 (“9”) orang.
Suara “36” dari seberang menyiratkan kode “9” yang menyimpan makna,
sehingga kode dan pesan mimpi saya respon dengan menyerahkan saja kepada
Allah pasti Chika menemukan tempat kos yang terbaik. Kemudian ada berita dari
teman Chika bahwa ada tempat kos dengan dua kamar yang masih kosong, tapi
setelah dia mendaftarkan diri malah berkata sudah penuh. Segera saya telepon
tempat kos dengan penuh pengharapan, ternyata benar tinggal sisa satu kamar lagi
yang masih kosong dan segera saya memesannya melalui telepon dengan penuh
keyakinan walau tidak melihat tempatnya terlebih dulu. Belakangan ternyata
banyak teman-teman Chika lainnya sudah tinggal kos di sana dan yang ternyata
orang tuanya adalah teman-teman saya dan juga teman suami sebelumnya. Makna
di balik kode “9” ini adalah Chika sudah mendapatkan tempat kos terbaik dan
aman.
Senin sore Agustus 2007, saya melengkapi keperluan Chika di tempat
tinggalnya yang baru, namun situasi kondisi membuat saya harus menginap hari itu
tanggal 27 (“9”).
Keesokannya sepanjang hari Selasa, saya mendapatkan kesempatan untuk
merasakan irama kehidupan Chika yang baru, seberapa jauh mungkin ada kesulitan
di sana sini yang menyangkut keamanannya. Ada dua kisah “9” sebagaimana di
bawah ini yang ternyata terjadi pada Selasa itu tanggal 28 – 08 – 2007 (“9”).
Pertama. UI menyediakan bis kuning keliling kampus yang gratis bagi setiap
penumpang. Dari tempat kos, Chika berjalan lebih kurang dua menit menuju
pemberhentian bis di kampus UI menuju Fakultas Ilmu Budaya. Ketika tiba di
tempat pemberhentian bis, sudah ada dua mahasiswi yang sedang menunggu bis
kuning UI. Ketika sudah lama menunggu, datang lagi mahasiswa memakai kaos
polos hitam bertuliskan warna putih dengan tulisan angka 90 (“9”).
39
Kode “9” Di Balik Peristiwa
“Wah ‘9’!” Saya beritahukan kepada Chika kode “9” tersebut, tapi detik itu
saya belum tahu maknanya. Lama ditunggu-tunggu, bis UI tidak kunjung datang,
akhirnya satu per satu kedua mahasiswi tersebut tidak sabar dan pergi. Melihat
kedua mahasiswi tersebut beranjak dari tempat itu, Chika sudah mulai tertular
gelisah. Di sinilah saya bisa ingatkan Chika pesan yang di bawa oleh kode “9”
bermakna untuk bersabar. Chika semakin gelisah karena waktu sudah kritis dan
saya ingatkan sekali lagi kode”9" yang ternyata bermakna untuk lebih bersabar.
Baru saja selesai saya bicara, terlihat bis UI sedang menuju kearah pemberhentian
bis dan Chika tidak terlambat. Pesan ini berlaku seterusnya bagi Chika dalam
menyikapi bis keliling UI di kampus UI.
Kedua. Hari itu, saya benar-benar berniat mempelajari kehidupan baru Chika
seharian. Setelah Chika kuliah, saya mengunjungi rumah komputer “Palaka” yang
berada di seberang tempat kos Chika. Saya lihat sekitar dan dipersilahkan pemilik
rumah untuk memilih tempat duduk dan menghidupkan sendiri komputer. Saya pilih
tempat yang paling nyaman untuk coba meneruskan tulisan ini dan setelah
komputer saya hidupkan, terbaca di layar komputer “Sembilan” (“9”).
“Ha..? “9”? Apa artinya?” Ketika sedang meneruskan tulisan di komputer,
terbaca pengumuman di dinding untuk langsung save setiap kata bahkan setiap
huruf karena resiko data bisa hilang dalam sekejap dan kehilangan data seperti itu
bukan tanggung jawab mereka. Saya langsung ngeri takut banyak virus di
komputer mereka dan meresponnya dengan bertanya kepada pemilik rumah, apa
arti kata “Sembilan” di layar komputer dan apa maksud pengumuman di dinding
tersebut. Ternyata, kata “Sembilan” adalah nomor komputer yang mereka berikan
pada setiap unit komputer yang ada di sana dan pengumuman itu diingatkan untuk
menjaga data karena lampu bisa mati mendadak.
Kode “9” bermakna Allah selalu menyertai dan melindungi tulisan ini, sehingga
saya merasa nyaman dan aman meneruskannya pada saat data yang ada di flashdisk
ketika itu memang riskan karena merupakan satu-satunya data dan belum
teramankan di tempat lain. Makna berikutnya memberitahukan bahwa tempat itu
aman, yaitu tempat sekitar daerah yang setiap hari dilalui Chika adalah aman.
Selain kode “9” mempunyai makna masing-masing pada tiap permasalahannya,
namun rentetan kode “9” dalam tajuk UI ini memberikan makna bahwa
Allah menyertai sepanjang perjalanan Chika menuju UI. Allah menyertai dalam
setiap keputusan sekecil apa pun dari awal tamat SMA, pencarian tempat kos
sampai lingkungan kehidupan baru sekitar kampus UI, sampai menutupnya
sebagaimana diungkapkan dalam penutupan Bab XIII. Dampaknya saya dapat
meninggalkan Chika di tempat barunya dengan perasaan tenang setenangtenangnya
dan perasaan aman di saat memang lokasi UI yang asri seperti hutan
meragukan saya untuk keamanan Chika tinggal di sekitar UI saat itu.
40
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
Kode “9” Di Balik Infeksi
Hari itu Senin malam 14 Mei 2007, setelah saya dan Ocha mengatur
bagaimana ke rumah sakit mencabut jahitan bekas operasi kecil akibat infeksi di
telapak kakinya, Ocha mengambil keputusan atas kemauannya sendiri akan pergi
sendiri tanpa ditemani saya. Tentu ada kekuatiran seorang ibu membayangkan
anaknya yang masih kelas 2 SMA bergelut sendiri mencari informasi di rumah sakit
kelak yang belum pernah ia lakukan sendiri sebelumnya. Ketika Ocha menanyakan
saya alamat rumah sakit tempat tindakan operasinya dilakukan tanggal 28 April
2007 lalu, sambil mencari informasi dari berkas-berkas tempo hari operasi
dilakukan yang masih tersimpan, tanpa saya perhatikan, ternyata dari berkasberkas
tersebut tertera kartu berobat nomor antri 18 (“9”).
Awalnya tidak saya pedulikan nomor kode “9” itu karena nampaknya sepele
tidak ada pesan apa-apa. Keesokan harinya saat Ocha sendiri ke rumah sakit,
begitu terasa ketegangan Ocha yang berulang menelepon saya cari informasi. Dari
mencari ruang operasi yang tidak bertemu, bertanya di rumah sakit dan diminta
antri panjang sampai akhirnya ia memutuskan untuk mencabut jahitan ke rumah
sakit lain. Di R.S. Boromeus pun menunggu sampai sore baru dokternya datang.
Dengan segala pergumulan Ocha dan situasi benar-benar meminta perhatian dan
menimbulkan kekuatiran seorang ibu, barulah kode “9” dapat memainkan fungsinya
sebagai penenang mengingatkan jiwa saya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Dari pukul 9 pagi Ocha berangkat sampai tiba di rumah pukul 5 sore hari itu,
barulah selesai perjuangan Ocha selama “9” jam.
Apakah kode “9” dulu yang datang untuk mempersiapkan batin menjadi tenang
atau apakah pergumulan batin dulu yang datang baru kemudian datang kode “9”.
Yang pasti, setiap ada pergumulan batin, di situ ada kode “9” sebagai tanda
kehadiranNya. CaraNya mengatur begitu terencana dan sempurna. Luar biasa!
Kode “9” Di Balik Heart Talks
Pertama, Minggu 20 Mei 2007 selepas ujian UT dari pagi sampai sore saya
penat dan mencoba santai melihat siaran televisi bersama Chika di rumah. Ketika
ada siaran program agama Kristen, saya ingin sekali mendengarkannya, tapi Chika
tidak tertarik dan memindahkannya ke program lain. Saya mengalah dan pindah ke
ruang lain untuk melanjutkan mendengar program tadi dan ternyata program itu
sudah selesai. Ketika remote control saya pindahkan, ternyata ada program agama
Kristen lain yaitu Heart Talks dalam siaran O’Channel dengan presenter pendeta
Gilbert L. Saat hati klik berkata “kebetulan ada program Kristen lain”, detik itu
pula pendeta Gilbert klik berkata “Anda tidak kebetulan menyaksikan program
ini”, tepat pada pukul 4.50 (“9”).
41
Kode “9” Di Balik Peristiwa
Saya tersenyum dengan ucapannya bisa tepat dengan kata hati saya yang
sesuai nama programnya hati bicara. Sehingga saya perhatian dengan program itu.
Saat sedang menyimak program, di layar kaca ada nomor berkedip eye catching
menarik perhatian yang ternyata adalah nomor fasilitas SMS yang disediakannya
untuk memperoleh SMS berkat langsung darinya dengan nomor 9090 “9”.
Ketika ternyata program ini menyediakan fasilitas tujuh hari setiap minggu dan
dua puluh empat jam sehari untuk layanannya di nomor telepon yang berkode “9”,
barulah saya catat informasi ini sebagai salah satu bahan materi buku ini. Telepon
layanan itu bernomor 722 7090 (“9”).
Karena program Heart Talks seakan main kode dengan saya, maka setelah
program ini berakhir, saya penasaran segera SMS ke nomor “9090”. Karena
dijawab untuk setiap pengiriman akan ditarik pulsa yang mahal, saya berniat
mengurungkan saja pengiriman SMS itu. Sebelum saya mengurungkan, sudah
datang SMS darinya di bawah ini pada saat hati baru merasakan mendapat a
miracle dari peristiwa “kebetulan” itu.
SMS “9090” pukul 17:03:51 tanggal 20 – 05 – 2007 :
“Haleluyah! Puji Tuhan! Selamat gabung bersama saya, kiranya SMS berkat
ini dapat menjadi berkat dalam hidup saudara setiap hari. Expect a miracle
everyday! Amen. Gilbert L.”
SMS berkat ini mengurungkan lagi menghentikan pengiriman SMS berikutnya.
Karena program ini seperti benar bicara dengan hati. Ketika SMS datang lagi
mengenai jadwal kepergiannya, saya pikir SMS ini tidak perlu dan berniat lagi
menghentikannya. Begitu terus berulang sampai saya membiarkan ia terus
mengirim SMS SMS “9090” berikut ini. Tidak bisa mengabaikannya, karena
datangnya SMS tepat bicara dengan hati.
Pada hari yang berkode “9”, detik sedang istirahat sebentar berbaring sambil
tercetus doa menitikkan air mata dalam hati masih ingat kata-kata SMS dari
“9090” dan berkata dalam hati “a miracle”, tiba-tiba SMS “9090” datang merespon
hati saya sebagai berikut :
SMS “9090” pukul 12:22:08 tanggal 22 – 05 – 2007 (“9”) :
“Gilbert L. Mukjizat masih tetap terjadi bagi setiap orang yang hidup dekat
dengan Tuhan, berjalan senantiasa dalam kekudusan, tidak mudah menyerah, tetap
beriman dan tetap berdoa”.
Ketika detik itu rasanya kehilangan keindahan hidup, SMS “9090” datang
merespon hati saya memberitakan empat nilai-nilai di bawah ini :
42
“9” CODE Angka Fenomenal Religius
SMS “9090” pukul 22:43:51 tanggal 25 – 05 – 2007 :
“Gilbert L. Tips untuk menjadikan hidup kita indah: 1) Bersyukurlah dalam
menghadapi segala hal, 2) Berpikirlah yang positif tentang semua orang, 3)
Hindarilah permusuhan, 4) Bersukacitalah”.
Ketika hati saya memang rawan bisa menjadi tidak berkemenangan dan
memang memerlukan nasihat seperti ini agar selalu berkemenangan, tidak
kebetulan kalau dia mengirimkan SMS berturut turut sebagai berikut :
SMS “9090” pukul 17:33:57 tanggal 26 – 05 – 2007 :
“Gilbert L. Kristus telah naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita
karena itu Ia memberikan Roh KudusNya bagi kita sekalian agar kita hidup selalu
dalam kemenangan”.
SMS “9090” pukul 10:05:44 tanggal 27 – 05 – 2007 :
“Gilbert L. Di hari Pantekosta ini saya berdoa bagi saudara agar kuasa Roh
Kudus selalu membimbing dan menuntun kita agar senantiasa menjadi pemenang
dalam segala hal”.
Kedua, dua minggu kemudian tidak sengaja saya menyaksikan lagi program
Heart Talks ini. Ternyata, kata-kata “Anda tidak kebetulan menyaksikan program
ini” muncul lagi dan mungkin selalu diucapkannya pada pukul 4.50 (“9”).
Setelah program berakhir, ia menutup dengan kata-kata Firman Allah seperti
ini :
“Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu,
tetapi itu tidak akan menimpamu”......
“Ha...? kata-kata itu! Adalah Firman Allah di surat Mazmur 91:7 yang
melekat di hati karena pernah digerakkan Roh Kudus membacanya saat dalam
kesesakan Ocha sakit, yang dikemukakan dalam tajuk “Walau Seribu Dan Kode
“9””, Bab XI.
Saya tidak mengenal Pendeta Gilbert. Kalau bertemu saya akan bertanya,
“Mengapa pendeta menutup program dengan kata penutup yang tidak ada relevansi
dengan isi program? Tapi jelas relevansi dengan hati saya? Apakah pendeta
mengucapkannya atas kuasa Roh Kudus yang sedang menghubungkan pendeta
dan saya?”.
Irasional rasanya mengatakan kata penutup itu menyentil hati saya seakan
salam dari “Yesus”. Sungguh Dia mengenal lubuk hati saya kalau begitu! Kepada
43
Kode “9” Di Balik Rumah
siapa dapat saya beritakan percakapan hati ini, kalau bukan memindahkan energi
ini ke buku ini.
Terasa ada yang hadir, merinding bulu roma saat saya baru sempat menuliskan
kisah Heart Talks kedua ke buku ini Selasa subuh. Ternyata hari Minggu saya
menyaksikan program Heart Talks waktu itu berkode “9” karena tertanggal 03 –
06 – 2007 (“9”).
Selasa subuh itu semakin terasa tegak bulu roma sekujur tubuh, saat detik
sedang menuliskan kisah ini ternyata hari itu berkode “9” tanggal 12 – 06 – 2007
(“9”).
Selasa siang saya kembali ke komputer melanjutkan kisah kedua yang belum
terpindahkan ke naskah ini. Tahulah saya tidak kebetulan kalau ternyata kisah ini
terpendam di hati sejak tanggal 3 sampai 12 Juni itu selama “9” hari.
Ketiga, dua kali minggu berturut-turut tanggal 12 dan 19 Agustus 2007,
sengaja saya duduk di depan televisi menyelidiki program ini apakah pendeta masih
mengatakan, “Anda tidak kebetulan menyaksikan program ini?”. Ternyata
tidak ada lagi perkataan seperti ini.
Sebagaimana tidak kebetulan saya menyaksikan program Heart Talks ini,
begitu pula tidak kebetulan melalui kode “9” ini pendeta berbicara dengan hati.
Makna kode “9” di balik kisah Heart Talks adalah ada kuasa Roh Kudus yang
sedang bekerja sempurna. Luar biasa!!